Senin 07 Apr 2025 08:23 WIB

Bangkitnya Perlawanan Terhadap Israel di Suriah

Aksi Israel terus menyerang Suriah bakal memicu perlawanan warga.

Warga setempat berdoa saat pemakaman Loay Reda al-Aqla, yang dilaporkan syahid akibat serangan drone Israel di desa Koya, barat daya Suriah, Selasa, 25 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Malek Khattab
Warga setempat berdoa saat pemakaman Loay Reda al-Aqla, yang dilaporkan syahid akibat serangan drone Israel di desa Koya, barat daya Suriah, Selasa, 25 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Gerakan bersenjata lokal untuk melawan penjajahan Israel di sekitar Dara’a, Suriah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Ada potensi bahwa hal ini dapat berkembang menjadi gerakan perlawanan yang lebih besar.

Pada Rabu malam pekan lalu, pasukan milisi lokal di Suriah selatan dimobilisasi untuk menghadapi serangan militer Israel ke pedesaan Barat dekat kota Dara’a. Konvoi militer Israel menjadi sasaran penyergapan, bentrokan terjadi di dekat garis demarkasi antara kedua belah pihak, dan pemberontakan rakyat tampaknya sedang terjadi. Ini bisa menjadi awal dari front perlawanan di Suriah Selatan.

Baca Juga

Palestine Chronicle melaporkan, pada 2 April, mobilisasi mendadak terjadi setelah seruan perlawanan dari pengeras suara Masjid di daerah Nawa dan Tasil, di pedesaan Dara’a di Suriah selatan. Ratusan pria mengangkat senjata, bersiap untuk menggagalkan serangan ilegal Israel lainnya yang mengancam penghidupan mereka. 

Keadaan menjadi semakin memanas setelah halaman telegram, media, dan situs web Israel mulai memberitakan “peristiwa keamanan” di Suriah, yang merupakan kata sandi untuk serangan yang telah menimbulkan korban jiwa pada pasukan Israel.

Media Israel mulai melaporkan cedera dan potensi kematian, serta situs web pemukim dan halaman Telegram menerbitkan seruan untuk “berdoa bagi tentara kami”, kemudian membocorkan informasi tentang beberapa kematian dan cedera.

Jika informasi ini dipadukan dengan pemberitaan media lokal Suriah, nampaknya konvoi Israel menjadi sasaran dan menimbulkan sejumlah korban jiwa, yang kemudian memaksa tentara Israel mengirimkan konvoi penyelamat disertai helikopter serang.

photo
Ibu dari Ali Mohammad al-Hneiss, yang dilaporkan syahid akibat serangan drone Israel menangis di pemakaman putranya di desa Koya, barat daya Suriah, Selasa, 25 Maret 2025. - (AP Photo/Malek Khattab)

Dua drone pengintai Israel juga dilaporkan ditembak jatuh, dan serangkaian bentrokan terjadi antara Israel dan kelompok milisi lokal Suriah. Ketika pasukan Israel mundur kembali ke wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki secara ilegal di Suriah, serangan artileri dan helikopter menghantam daerah sekitar sejumlah desa Suriah, menewaskan 11 orang dan melukai sedikitnya 20 orang, 5 di antaranya luka parah.

Upacara pemakaman bersama diadakan bagi warga Suriah yang terbunuh keesokan paginya, yang dihadiri oleh ribuan orang. Meskipun pers Israel telah merilis laporan tentang korban tentara, sensor militer yang terkenal membatasi pemberitaan mereka mengenai masalah tersebut, dan pada Kamis pagi, tentara mengumumkan bahwa tidak ada korban jiwa dan menghindari penyebutan drone, dengan mengklaim bahwa pasukan tersebut sempat mendapat serangan.

Mengapa klaim tentara Israel tidak masuk akal adalah karena reaksi mereka terhadap penyergapan konvoi mereka. Dalam dua insiden sebelumnya, konvoi Israel juga diserang langsung oleh warga Suriah yang berusaha menghalau serangan ilegal mereka, namun mereka tidak menjatuhkan kekuatan tersebut atau mengirim bala bantuan untuk menyelamatkan tentara mereka seperti yang kita lihat dalam kasus ini. Israel juga memiliki rekam jejak yang terus-menerus mengubah statistik korbannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement