REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Program Studi Sistem Informasi Universitas Siber Indonesia (Cyber University) menggelar buka puasa bersama anak yatim dari Asrama Asuh Dompet Yatim & Dhuafa Kebagusan, Jakarta Selatan. Acara yang berlangsung pada Senin (3/3/2025) ini diadakan di asrama tersebut, menghadirkan momen penuh kebersamaan dan kehangatan.
Lebih dari sekadar silaturahmi, kegiatan ini juga menjadi wujud nyata pengabdian dosen Cyber University kepada masyarakat. Kegiatan ini diharapkan bisa mempererat hubungan dengan lingkungan sekitar melalui aksi berbagi dan kepedulian.
Ketua Prodi Sistem Informasi Cyber Univerity Dwipo Setyantoro mengatakan bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk mempererat kebersamaan dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan.
"Dosen dan mahasiswa Cyber University berinisiatif mengundang anak-anak yatim dalam acara buka puasa bersama. Lokasi yang dipilih pun merupakan bagian dari program binaan Dompet Dhuafa, yang berdekatan dengan lingkungan kampus," kata Dwipo, kepada media, Selasa (25/3/2025).
Selain buka bersama, kegiatan ini juga diisi dengan pelatihan seputar perkembangan teknologi informasi yang ditujukan bagi generasi Z di lingkungan asrama. Pelatihan ini diharapkan bisa menambah wawasan anak-anak Asrama Asuh Dompet Yatim & Dhuafa Kebagusan.
"Sinergi yang terjalin diharapkan dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan berbasis knowledge based, sehingga anak-anak di asrama dapat lebih siap menghadapi tantangan era digital," ujar dia.
Acara buka bersama bersama anak yatim ini, merupakan tradisi tahunan yang rutin diadakan oleh Program Studi Sistem Informasi Cyber University. Tidak hanya sekadar berbagi makanan, kegiatan ini juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial, memperkuat hubungan antara akademisi dan masyarakat, serta memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa dalam memahami kondisi sosial di sekitar mereka.
“Selain memberikan kebahagiaan kepada anak-anak yatim, acara ini juga menjadi momen refleksi bagi kami semua. Dengan berbagi kebersamaan, kita bisa lebih memahami kondisi mereka yang harus tumbuh tanpa kehadiran orang tua. Ini menjadi pengingat bagi kita untuk lebih bersyukur dan terus membantu mereka yang membutuhkan,” kata Dwipo.