REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Di era digital yang terus berkembang, keamanan siber menjadi elemen krusial dalam menjaga data dan sistem dari ancaman yang kian kompleks. Kemajuan teknologi seperti Cloud Computing, Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelligence (AI) membawa peluang besar, tetapi juga membuka celah bagi serangan siber yang semakin canggih.
Untuk menghadapi tantangan ini, Cyber University menghadirkan mata kuliah Cyber Security yang membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang keamanan informasi serta strategi efektif dalam menangkal serangan siber. Mata kuliah ini dirancang untuk mencetak talenta digital yang siap menghadapi ancaman di dunia maya dan menjadi garda terdepan dalam perlindungan data.
Ketua Program Studi (Prodi) Teknologi Informasi Cyber University Dicky Haryanto menekankan pentingnya membekali mahasiswa dengan pengetahuan mendalam mengenai keamanan siber. Pengetahuan tersebut, menurut Dicky, mengedepankan tiga aspek utama, yakni konsep dasar keamanan siber, praktik analisis ancaman, dan penerapan solusi keamanan.
“Di Cyber University, terutama di Prodi Teknologi Informasinya, mahasiswa tidak hanya belajar teori tentang enkripsi, firewall, atau serangan seperti phishing dan malware, tetapi juga didorong untuk melakukan simulasi dan analisis kasus nyata. Hal ini penting agar mereka memahami bagaimana serangan dapat terjadi dan bagaimana mengatasinya secara efektif,” ujar Dicky kepada media, Senin (20/3/2025).
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam mengajar Cyber Security adalah memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya memahami teknologi yang ada saat ini, tetapi juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan ancaman baru di masa depan. Sebab, dunia keamanan siber terus berkembang. Sementara itu, pendekatan yang efektif hari ini bisa menjadi usang dalam beberapa tahun ke depan.
"Oleh karena itu, saya selalu mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis, melakukan riset, serta mengembangkan pemahaman mendalam terhadap tren terbaru dalam dunia keamanan siber,” kata Dicky.
Selain aspek teknis, Dicky juga menekankan pentingnya etika dalam keamanan siber. Ia mengingatkan bahwa seorang profesional di bidang ini harus memahami batasan hukum dan tanggung jawab moralnya. Keahlian dalam mengeksploitasi sistem harus digunakan untuk tujuan pertahanan, bukan untuk tindakan yang merugikan individu atau organisasi.
“Saya selalu memasukkan diskusi tentang etika dan regulasi dalam setiap sesi pembelajaran. Jadi, dalam setiap mata kuliah bukan hanya sekadar bagian dari kurikulum saja, tetapi merupakan investasi masa depan dalam menciptakan generasi profesional keamanan siber yang andal dan bertanggung jawab,” kata Dicky.