Jumat 21 Feb 2025 06:41 WIB

Tiga Bus Meledak, Tel Aviv tak Lagi Aman

Peledakan bus terjadi menjelang negosiasi gencatan senjata tahap dua.

Sebuah bus terbakar setelah terbakar akibat ledakan di tempat parkir di Bat Yam, 20 Februari 2025.
Foto: Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
Sebuah bus terbakar setelah terbakar akibat ledakan di tempat parkir di Bat Yam, 20 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Tiga bus kosong meledak secara berurutan di tempat parkir di Bat Yam dan Holon di pinggiran Tel Aviv pada Kamis malam. Tidak ada korban luka yang dilaporkan dalam insiden yang disebut bisa mengancam gencatan senjata tersebut.

Polisi mengatakan mereka menetralisir dua perangkat lain yang tidak meledak di bus terdekat. Menurut laporan media Ibrani, perangkat tersebut ditemukan di Holon. Masing-masing perangkat berisi lima kilogram bahan peledak.

Baca Juga

Polisi mengatakan mereka menyisir tempat kejadian dan mencari tersangka, sementara pencari bom sedang mencari barang mencurigakan lainnya di sekitar lokasi. Otoritas Penyiaran Israel melaporkan bahwa dua perangkat yang dicurigai juga ditemukan di dekat Bat Yam, dan layanan kereta api ringan telah dihentikan.

Sementara itu, Federasi Organisasi Pengemudi Bus Nasional Israel telah meminta pengemudi bus untuk berhenti mengemudi dan “melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap bus sambil menunjukkan kewaspadaan maksimal”. Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa dua ledakan pertama terjadi pada jarak 400 meter satu sama lain, sedangkan ledakan ketiga terjadi di tempat parkir mobil yang berjarak empat kilometer.

Waktu terjadinya ledakan bus, tepat sebelum dimulainya perundingan mengenai perjanjian gencatan senjata tahap kedua di Gaza, patut diperhatikan, kata Colin Clarke, direktur di The Soufan Center. 

“Banyak yang berspekulasi bahwa Israel akan segera kembali berperang dan berkonflik penuh di Gaza setelah fase pertama, dan tidak memiliki niat untuk menindaklanjuti sisa perjanjian tersebut,” kata Clarke kepada Aljazirah. “Ini bisa menjadi pesan dari kelompok Palestina bahwa jika perang  terjadi lagi, mereka masih bisa membuat hal ini cukup menyakitkan bagi Israel,” kata Clarke. 

Di sisi lain, Clarke mencatat, ada beberapa spekulasi mengenai bagaimana hal ini merupakan upaya Israel untuk menggagalkan perundingan gencatan senjata dengan meledakkan bom-bom tersebut, tanpa membunuh siapapun, dan kemudian menggunakannya sebagai alasan untuk kembali berperang. “Jadi sekali lagi, kita tidak tahu banyak detailnya… tapi ini bisa jadi merupakan serangan pembuka atau kembalinya konflik yang telah lama dan berdarah,” katanya.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perdana menteri terus menerima informasi terkini mengenai situasi tersebut dan mengadakan penilaian keamanan pada Kamis malam, setelah itu diumumkan bahwa ia menginstruksikan IDF untuk memulai operasi besar-besaran di Tepi Barat melawan pusat-pusat teroris.

Pihak berwenang Israel mengatakan ada kecurigaan bahwa serangan ledakan bus ada hubungannya dengan Tulkarem di Tepi Barat yang diduduki. Sebagai gambaran, kamp pengungsi Tulkarem, Jenin dan Nur Shams telah menjadi sasaran serangan militer Israel yang meluas dan paling kejam yang dilakukan di wilayah Palestina sejak tahun 1967, ketika pendudukan Israel dimulai. 

photo
Tentara Israel berjalan di depan warga Palestina yang mengungsi akibat operasi militer Israel dari kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Kamis, 23 Januari 2025. - (AP Photo/Majdi Mohammed)

Hal ini dimulai sebulan yang lalu, segera setelah Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata dan Israel menyatakan Tepi Barat yang diduduki sebagai front dalam “perang multifrontal”. Sejak itu, seluruh lingkungan telah rata dengan tanah dan puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Lanskap ketiga kamp pengungsi telah diubah oleh banyaknya ledakan dan penghancuran yang terjadi secara sistematis di lingkungan tertentu.

Akiva Eldar, seorang analis politik Israel, mengatakan kepada Aljazirah bahwa serangan terhadap bus Tel Aviv telah “melumpuhkan transportasi umum” di daerah tersebut pada hari yang sibuk menjelang akhir pekan. 

“Banyak tentara yang pulang ke rumah pada akhir pekan dan ketegangannya meningkat,” kata Eldar. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan para tawanan. Kami mendengar rumor berbeda mengenai rencana Presiden Trump sehubungan dengan Gaza, relokasi penduduk, dan adanya eskalasi di Tepi Barat dan sekarang yang kami lihat adalah Tel Aviv tidak aman.” 

“Pesan yang ingin disampaikan oleh orang-orang Palestina adalah selama kami tidak aman di Ramallah, dan tentu saja di Gaza, Anda orang Israel tidak akan merasa aman di Tel Aviv.” “Semakin banyak warga Israel yang melepaskan semua ilusi mereka tentang Netanyahu dan keamanan,” tambahnya.

Tudingan rekayasa...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement