Senin 03 Feb 2025 06:53 WIB

Perang Tarif, Lagu Kebangsaan AS Disoraki di Kanada

Lagu kebangsaan AS disoraki penonton pertandingan NBA dan NHL di Kanada.

Pemain Toronto Raptors bereaksi saat para penggemar mencemooh lagu kebangsaan Amerika Serikat sebelum pertandingan NBA melawan Los Angeles Clippers di Toronto, Ahad, 2 Februari 2025.
Foto: Frank Gunn/The Canadian Press via AP
Pemain Toronto Raptors bereaksi saat para penggemar mencemooh lagu kebangsaan Amerika Serikat sebelum pertandingan NBA melawan Los Angeles Clippers di Toronto, Ahad, 2 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO – Para penggemar klub basket NBA asal Kanada, Toronto Raptors melanjutkan tren mencemooh lagu kebangsaan Amerika di acara-acara olahraga di Kanada. Protes itu dilakukan terkait kebijakan Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif terhadap produk impor dari Kanada, langkah yang disebut memicu perang dagang kedua negara.

Toronto Raptors adalah satu-satunya klub Kanada yang ikut berlaga di NBA. Fox News melaporkan, sorakan diserukan para penggemarnya menjelang pertandingan melawan LA Clippers di Scotia Bank Arena, pada Ahad waktu setempat.

Baca Juga

Setelah awalnya bersorak untuk penyanyi wanita berusia 15 tahun tersebut, para penggemar mencemooh sepanjang dinyanyikannya “The Star-Spangled Banner”. Pada akhirnya, beragam ejekan dan sorakan terdengar sebelum penonton bertepuk tangan untuk lagu kebangsaan Kanada, “O Kanada.”

Reaksi serupa muncul pada Sabtu malam di pertandingan kompetisi hoki es NHL di Ottawa, Ontario, dan Calgary, Alberta, setelah Presiden Trump mengumumkan tarif 25 persen pada ekspor Kanada. 

Rentetan kecaman menghujani Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyusul keputusannya mengenakan tarif yang ketat terhadap impor dari negara tetangga, Meksiko dan Kanada, serta pemasok barang terbesarnya, China.

Hingga Ahad  tidak ada jeda dalam ekspresi kritik terhadap pemimpin AS tersebut, sehari setelah ia menandatangani tiga perintah eksekutif terpisah, yang mengenakan tarif 25 persen pada barang-barang dari Meksiko dan Kanada, dan 10 persen pada semua impor dari China.

Trump telah membenarkan keputusan besarnya tersebut, dengan alasan darurat nasional akibat fentanil dan imigrasi “ilegal” yang mengalir ke negara dengan perekonomian terbesar di dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB). Reaksi paling cepat datang dari Meksiko, Kanada, dan China, serta sejumlah negara, kelompok, dan organisasi lain.

Presiden Claudia Sheinbaum memerintahkan tarif balasan terhadap keputusan Trump. Dalam postingan panjangnya di X, dia mengatakan pemerintahnya mengupayakan dialog daripada konfrontasi dengan mitra dagang utamanya di utara, namun Meksiko terpaksa merespons dengan cara yang sama.

“Saya telah menginstruksikan menteri perekonomian saya untuk menerapkan Rencana B yang telah kami kerjakan, yang mencakup langkah-langkah tarif dan non-tarif untuk membela kepentingan Meksiko,” tulis Sheinbaum, tanpa merinci barang-barang AS apa yang akan menjadi target pemerintahnya.

Merujuk Aljazirah, Sheinbaum juga menolak tuduhan Gedung Putih bahwa kartel narkoba mempunyai aliansi dengan pemerintah Meksiko, yang dianggap sebagai “fitnah”, sebuah poin yang digunakan pemerintahan Trump untuk membenarkan tarif tersebut.

Presiden Meksiko juga berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau melalui telepon pada hari Sabtu, di mana mereka sepakat untuk “terus bekerja sama dalam bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama”, menurut pembacaan dari Kanada.

Menteri Ekonomi Marcelo Ebrard mengatakan di X bahwa tarif Trump merupakan “pelanggaran terang-terangan” terhadap Perjanjian AS-Meksiko-Kanada. “Ini adalah salah satu serangan terberat yang pernah dialami Meksiko dalam sejarah kemerdekaannya. Ini tidak bisa diterima, tidak bisa diterima, keputusan sepihak sebesar ini… Kita semua akan kalah, mereka juga akan kalah,” kata Ricardo Monreal, pemimpin kongres dari partai berkuasa.

photo
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berpidato menyusul penerapan tarif oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, di Ottawa, Sabtu, 1 Februari 2025. - ((Justin Tang/The Canadian Press via AP)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement