Selasa 26 Nov 2024 19:10 WIB

Guru TPA dan TK Bunda Ganesa ITB Jadi Agen Perubahan

Pendidikan adalah fondasi dari perubahan, dengan melibatkan para guru.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom menggelar kegiatan pengabdian masyarakat yang fokus pada pemanfaatan teknologi untuk pendidikan. Acara ini dilaksanakan pada 2 dan 16 November 2024 di Kampus S2 Manajemen FEB Universitas Telkom, Bandung, dengan melibatkan 20 guru dari TPA, PG, dan TK Bunda Ganesa ITB.
Foto: Rumah Zakat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom menggelar kegiatan pengabdian masyarakat yang fokus pada pemanfaatan teknologi untuk pendidikan. Acara ini dilaksanakan pada 2 dan 16 November 2024 di Kampus S2 Manajemen FEB Universitas Telkom, Bandung, dengan melibatkan 20 guru dari TPA, PG, dan TK Bunda Ganesa ITB.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dalam upaya mendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom menggelar kegiatan pengabdian masyarakat yang fokus pada pemanfaatan teknologi untuk pendidikan. Acara ini dilaksanakan pada 2 dan 16 November 2024 di Kampus S2 Manajemen FEB Universitas Telkom, Bandung, dengan melibatkan 20 guru dari TPA, PG, dan TK Bunda Ganesa ITB.

Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para guru dengan pemahaman mendalam tentang pentingnya 17 SDGs, terutama pengelolaan sampah plastik sebagai bagian dari SDG Target 11.6. Dengan bekal ini, para guru diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan ke dalam proses pembelajaran anak usia dini, sekaligus menjadi agen perubahan di lingkungan mereka.

Baca Juga

Pentingnya peran guru dalam pencapaian SDGs

Sejak ditetapkannya Peraturan Presiden RI Nomor 111 Tahun 2022, pemerintah telah mendorong berbagai pihak untuk berkontribusi dalam mencapai target SDGs pada 2030. Pendidikan menjadi salah satu elemen kunci dalam mendukung tujuan ini, terutama dalam menanamkan kesadaran akan keberlanjutan sejak usia dini.

Para guru memiliki peran strategis untuk membentuk generasi muda yang sadar lingkungan dan peduli terhadap keberlanjutan. Melalui kegiatan ini, mereka diajak untuk memahami pentingnya pengelolaan sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana mengajarkannya kepada anak-anak secara efektif dan menyenangkan.

“Pendidikan adalah fondasi dari perubahan. Dengan melibatkan para guru, kita menanamkan nilai-nilai keberlanjutan yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya,” ujar Ratna Lindawati Lubis, Ketua Gerakan Masyarakat Cinta Cikapundung (Gemricik).

Inovasi dalam pembelajaran: mobile learning untuk SDGs

Salah satu inovasi yang ditonjolkan dalam kegiatan ini adalah penggunaan mobile learning. Teknologi ini memungkinkan proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Para guru diajarkan menggunakan modul digital yang dirancang khusus untuk membantu mereka menyampaikan konsep SDGs kepada anak usia dini.

Modul ini tidak hanya memuat teori, tetapi juga aktivitas praktis seperti kuis interaktif, video edukasi, dan simulasi sederhana tentang pengelolaan sampah plastik. Dengan pendekatan ini, para guru dapat menyampaikan materi dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak.

“Teknologi mobile learning adalah alat yang sangat membantu guru, terutama untuk menyampaikan topik yang kompleks seperti SDGs dengan cara yang lebih sederhana dan menyenangkan,” tambah Ratna.

Proses dan hasil kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dirancang dalam beberapa tahapan:

1. Workshop dan presentasi:

Para guru diperkenalkan pada konsep 17 SDGs dan kaitannya dengan keberlanjutan lingkungan, terutama pengelolaan sampah plastik.

2. Diskusi dan simulasi:

Guru diajak mempraktikkan metode pembelajaran berbasis teknologi yang dapat diterapkan di kelas.

3. Modul digital:

Setiap guru diberikan akses ke modul pembelajaran mobile learning yang dirancang untuk mendukung proses pengajaran di sekolah mereka.

Hasil dari kegiatan ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dari para peserta. Mereka merasa lebih percaya diri untuk mengajarkan nilai-nilai keberlanjutan kepada anak-anak didik mereka. Dengan menggunakan teknologi, para guru dapat mengintegrasikan konsep SDGs ke dalam kurikulum dengan cara yang lebih mudah dan efektif.

Dukungan kolaboratif untuk keberlanjutan

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Rumah Zakat, Twin Tulipware, Komunitas Bdg 022, dan Kecamatan Coblong. Kolaborasi ini mencerminkan semangat gotong royong dalam mewujudkan tujuan keberlanjutan, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik.

“Ini baru langkah awal. Kami berharap program ini bisa terus dikembangkan, sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh lebih banyak guru dan masyarakat,” kata Ratna.

Melalui kegiatan ini, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom telah membuktikan komitmennya dalam mendukung pencapaian SDGs melalui pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi mobile learning, para guru kini memiliki alat yang kuat untuk menanamkan nilai-nilai keberlanjutan kepada generasi penerus bangsa.

Semangat untuk menjaga lingkungan dan membangun masa depan yang lebih baik dimulai dari langkah kecil seperti ini. Dengan kolaborasi semua pihak, cita-cita untuk menciptakan Generasi Emas 2045 yang peduli lingkungan bukan lagi sekadar mimpi, tetapi visi yang nyata untuk diwujudkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement