REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Survei yang dilakukan LSI Denny JA menyebutkan, pasangan calon Al Haris- Abdullah Sani berpeluang memenangi Pilkada Jambi. Selain elektabilitasnya yang jauh meninggalkan pasangan Romi Hariyanto- Sudirman, mereka juga memiliki pemilih yang militan.
“Al Haris- Abdullah Sani elektabilitasnya mencapai 57,2%. Angka ini unggul jauh dibanding Romi Hariyanto- Sudirman yang hanya 26,7%. Memang masih ada 16,1% pemilih yang menjawab rahasia dan tidak tahu/tidak jawab (swing voter),” papar peneliti Senior LSI Network Denny JA, Muhammad Khotib, dalam siaran pers, Jumat (22/11/2024).
Survei LSI Denny JA dilakukan pada 10-14 November 2024. Menggunakan metodologi standar Multistage Random Sampling melalui wawancara tatap muka. Adapun jumlah respon sebanyak 1200 orang secara acak dengan margin of error plus minus 2,9%.
Menurut Khotib, jika merujuk pada posisi elektabilitas dua Paslon, potensi kemenangan lebih besar dan terbuka untuk Paslon Al Haris – Sani. Apalagi, pasangan yang diusung partai paling banyak itu, sudah memiliki pemilih militan (strong supporters) yang cukup tinggi, 37,3%.
Sementara itu, Paslon Romi – Sudirman hanya memiliki pemilh militannya sekitar 17,8%. Angka strong supporter yang masih dibawah 20% ini, menurut Khotib, tidak cukup menggembirakan buat seorang kandidat karena masih jauh di angka aman untuk menang. “Yaitu, biasanya, harus 35% ke atas seperti yang sudah dimiliki Al Haris -Sani,” ungkap Khotib.
Meski begitu, Khotib mengingatkan, peluang masih terbuka buat siapa saja. Dikatakannya, ada pemilih soft supporter yang masih cukup tinggi, yaitu 44,9%. Soft supporter ini adalah pemilih cair, gabungan antara orang yang sudah memilih tapi bisa berubah dan mereka yang belum punya pilihan sama sekali.
“Dari pengalaman kita melakukan ratusan kali survei, angka soft supporter seperti ini harus diwaspadai, termasuk paslon yang sudah unggul untuk tidak terlena. Kenapa? Karena pemilih yang berkategori seperti itulah yang selalu menjadi lahan tak bertuan yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja,” katanya.
Namun jika merujuk pada waktu yang tinggal dua hari jelang masuk masa tenang ini, menurutnya, tidak mudah buat kompetitor yang masih tertinggal jauh elektabilitasnya untuk bisa mengejar kompetitor yang di atasnya.
Apalagi, lanjut Khotib, Al Haris – Sani sudah punya modal dan bekal tingkat pengenalan dan kesukaan yang tinggi dibanding Romi – Sudirman. Padahal, dua isu tersebut, yakni pengenalan dan kesukaan itu selalu menjadi rumus hukum besi untuk terpilih yang wajib dimiliki oleh siapapun kandidat yang ingin maju dan menang di Pilkada.
Khotib mencontohkan popularitas AlHaris secara personal yang sudah tembus di angka 89,8% dengan tingkat kesukaan 82,8%. “Ini angka yang sangat strategis untuk menang, karena berbanding lurus antara pengenalan dan kesukaan. Yang bahaya itu, kalau tingkat pengenalan tinggi, tapi kesukaan rendah,” papar Khotib.
Posisi sebaliknya terjadi pada Romi Hariyanto. Kara Khotib, secara personal, tingkat pengenalannya belum tembus di 70% ke atas. Tepatnya, baru 68,0% dan dengan tingkat kesukaan 74,6%. Dalam waktu yang sangat singkat pasti tidak mudah untuk bisa mengejar baik pengenalan maupun kesukaan.
Hal lain yang mendukung peluang AL Haris- Sani untuk menang tinggi, menurut Khotib, dukungan aneka segmen demografis yang cukup merata. Mulai dari segmen gender, usia, tingkat penghasilan dan pendidikan, pofesi, pemilih Ormas, pemilih partai, dan bahkan dapil.
“Dari data kita, Pak Haris - Sani itu hanya kalah di kabupaten Tanjung Jabung Timur, dimana Romi cukup unggul. Selebihnya, Pak Haris – Sani cukup kokoh, kecuali di segmen tertentu yang masih kompetitif. Maka, jika tak ada tsunami politik dan money politic yang massif dari lawan, maka Paslon no 2 yang berpotensi menang,” ungkapnya.