REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan, ada peran dari almarhum sang ibu Hj Kristiani Herrawati alias Ani Yudhoyono dalam torehannya meraih gelar doktor di Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair), Kota Surabaya, Senin (7/10/2024).
AHY bisa mempertahankan desertasinya berjudul "Transformational Leadership and Human Resources Orchestration towards Indonesia Emas 2045" di hadapan pimpinan sidang, para penyanggah, dan undangan akademik penguji. Dia secara meyakinkan, dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
"Puji syukur karena baru saja dinyatakan lulus dan secara resmi menjadi doktor. Ini sebuah pencapaian akademik, tapi bagi saya lebih personal karena ini merupakan wasiat terakhir almarhumah Ibu Ani Yudhoyono. Saya mendedikasikan ini untuk almarhumah Ibu Ani Yudhoyono," kata AHY dalam pidatonya usai menjalani sidang doktoral di Kampus C Unair, Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
Peraih Adhi Makayasa Akmil 2000 yang pensiun dengan pangkat mayor tersebut menjelaskan, Ani Yudhoyono berharap anak pertamanya itu bisa memiliki capaian akademik yang bagus. Hal itu lantaran AHY memilih pensiun dini dengan jabatan terakhir komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning. AHY memilih mundur pada 2016 demi bisa maju Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024.
"Saya yang tidak bisa menuntaskan karier dan pangkat di militer waktu itu sering diledek, dikecilkan, hanya mayor, tentara baru kemarin, dan lain sebagainya. Tapi saya teguh dalam keputusan yang saya ambil, sebuah panggilan," kata AHY.
Menteri ATR/Kepala BPN tersebut menyampaikan, almarhum ibunya ingin AHY bisa berkontribusi lebih besar ke masyarakat. Salah satunya, dengan menempuh pendidikan tinggi. "Tentu sebagai orang tua, Ibu Ani ingin putranya punya sesuatu yang bisa diberikan kepada masyarakat luas, dalam pengabdian dan perjuangan di wilayah politik dan kini di pemerintahan," kata AHY.
Dalam catatan Republika.co.id, saat AHY maju kontestasi sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta, ia mendapat serangan keras dari pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Ikrar Nusa Bhakti. "Dia mau jadi panutan. Panutan apa anak masih ingusan gitu? Apa warga Jakarta memercayai pengelolaan Jakarta kepada seorang yang masih berpangkat mayor?" ucap Ikrar saat masa kampanye Pilgub DKI pada medio 2016.
Tidak berselang lama setelah itu, Ikrar dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi duta besar (dubes) Indonesia di Tunisia. Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Ikrar merapat di kubu pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Indonesia Emas
Sidang terbuka doktoral AHY terasa spesial lantaran dihadiri sang ayah yang juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sang adik yang juga Wakil Ketua MPR periode 2024-2029 Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, dan sang istri Annisa Larasati Pohan. Pun gubernur Jatim periode 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa dan wakil gubernur periode 2019-2024 sekaligus Ketua Demokrat Jatim Emil Elistianto Dardak ikut menghadiri sidang disertasi tersebut.
Di hadapan para penyanggah pada ujian, yaitu Prof Dr Mohammad Nasih (pimpinan sidang sekaligus rektor Unair), Prof Badri Munir Sukoco Ph.D (promotor), Prof Dr Fendy Suhariadi (copromotor), Prof dr Djoko Santoso, Ph.D., Prof Dr drh Bambang Sektiari L, DEA., Prof Dr Rudi Purwono, Prof Dr Dian Agustia, Dr Koko Srimulyo, dan Prof Dr Mohammad Nuh, DEA (mendikbud periode 2009-2014), AHY bisa mempertahankan argumen dan menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan.
Alhasil, AHY dianggap lulus cumlaude dan berhak menyandang gelar doktor. "Kami nyatakan promovendus Agus Harimurti Yudhoyono lulus gelar doktor dengan predikat cumlaude," kata Prof M Nasich menutup sidang terbuka doktoral.
Baca: Menteri AHY Resmi Raih Gelar Doktor Unair
Dalam paparannya, AHY menyampaikan pentingnya kepemimpinan transformasional dan orkestrasi sumber daya manusia (SDM) yang unggul sebagai kunci utama untuk mencapai visi besar Indonesia Emas 2045. Menurut dia, di tengah tantangan global yang semakin kompleks, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu beradaptasi, inovatif, dan memotivasi seluruh elemen bangsa untuk bergerak bersama.
AHY menekankan, perjalanan akademisnya selama menjalani studi doktoral tidak hanya memperkaya pengetahuannya tentang teori kepemimpinan dan manajemen SDM, tetapi juga memberi wawasan baru tentang bagaimana konsep-konsep tersebut bisa diimplementasikan di dunia nyata, baik dalam ranah politik maupun pemerintahan. "Ini sangat penting, terutama untuk diaplikasikan di dunia politik dan pemerintahan," ucap AHY.
Untuk itu, AHY mengajak betapa pentingnya kolaborasi antara dunia akademik dan praktisi pemerintahan. Dia menyebut, kampus dan pemerintahan harus menyatu, di mana akademisi dan politisi bekerja sama untuk menyatukan energi dan ide-ide mereka demi kepentingan bangsa.
"Akademisi dan politisi harus menyatu untuk bergerak bersama. Kita tidak bisa berjalan sendiri. Hanya dengan menyatukan energi, kita bisa mencapai tujuan bersama," ujar AHY.
Dalam perjalanannya kuliah selama tiga tahun di Unair, AHY ingin memberikan kontribusi lebih mendalam kepada pemerintah tentang pentingnya kepemimpinan transformasional dan pengelolaan SDM yang terarah guna memudahkan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Dia berharap, hasil penelitian itu dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan-kebijakan strategis di masa depan.
"Saya berharap hasil disertasi ini bisa mengilhami pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang lebih tepat, yang mempermudah langkah-langkah Indonesia menuju visi besar Indonesia Emas 2045," ucap AHY.
Dia menambahkan, mendesiminasikan gagasannya ke dalam kebijakan nyata, diperlukan pendekatan yang strategis. AHY menilai, kebijakan yang dihasilkan harus mampu membangun simpati dan dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Sehingga, langkah yang diambil pemerintah mendapat respons positif dan dapat diterapkan secara efektif.
Orkrestasi SDM...