Selasa 20 Aug 2024 22:35 WIB

Cara Warga Gaza Menggantikan Fungsi Kulkas untuk Mendinginkan Air Minum

Warga Gaza bertahan hidup dari ancaman kelaparan

Ilustrasi pembuatan tembikar. Warga Gaza bertahan hidup dari ancaman kelaparan
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi pembuatan tembikar. Warga Gaza bertahan hidup dari ancaman kelaparan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Di tengah keterbatasan yang mendera warga Gaza, banyak cara untuk mensiasati impitan dan berbagai persoalan hidup. Salah satunya adalah pendingin air.

Kebutuhan untuk menjaga air tetap dingin di Gaza, di mana pasokan listrik sangat terbatas dan 2,3 juta orang telah terusir dari rumah mereka, telah mendorong kebangkitan kerajinan tembikar tradisional Palestina, lapor Reuters.

Baca Juga

“Orang-orang sekarang mengganti kulkas dan air dingin di lemari es dengan pot-pot tanah liat,” ujar Bahjat Sabri Attallah, pemilik sebuah pabrik tembikar, dikutip dari Reuters, Selasa (20/8/2024).

Ia mengatakan kepada Reuters bahwa industri ini telah mengalami peningkatan permintaan di tengah-tengah kehancuran yang diakibatkan oleh serangan militer Israel.

Namun, perang juga telah menimbulkan kesulitan bagi para pembuat tembikar yang saat ini memutar roda dengan menggunakan kaki dan membentuk tanah liat dengan tangan. Mereka tidak selalu bekerja dengan cara ini.

“Jika sebelumnya kami bekerja dengan tanah liat dengan mesin (listrik), hari ini kami membentuk tanah liat dengan menggunakan kaki kami,” kata Attallah.

Kayu kini menjadi bahan bakar untuk menyalakan tungku pembakaran di pabrik, yang sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak, tambahnya.

Namun, kekurangan makanan berarti kebutuhan akan panci untuk memasak tidak lagi begitu besar.

“Hari ini kami tidak memiliki daging atau sayuran, oleh karena itu tidak ada permintaan untuk barang-barang ini,” jelas Attallah.

BACA JUGA: Jubir Al-Qassam Abu Ubaidah: Yahya Sinwar Resmi Dibaiat, Bukti Hamas Kuat Semakin Solid

Di tengah teriknya musim panas, pemilik toko Mahmoud Khidr mengatakan bahwa ia menjaga air minum tetap dingin dengan menyimpannya di dalam pot tanah liat seperti yang ada di pabrik. “Sekarang kami telah kembali ke masa lalu,” katanya.

Sambil berdiri di tokonya, pot tanah liatnya bertengger di atas kulkas, Khidr berkata, “Kami menderita karena semuanya.”

Selain kesulitan...

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement