Senin 29 Jul 2024 18:25 WIB

Piala Presiden, Bukan Turnamen Pemanasan Biasa

Piala Presiden menjadi ajang pramusim yang mempersiapkan pemain menghadapi liga.

Rep: Fredikus Dominggus/ Red: Muhammad Hafil
Piala Presiden 2024
Foto:

Piala Presiden 2024 merupakan edisi keenam Piala Presiden yang diselenggarakan PSSI. Ketum PSSI, Erick Thohir mendukung penuh pernyataan Presiden Jokowi. Ada target besar menuju kemajuan positif timnas, industri sepak bola tanah  air.

Dalam situs resmi PSSI, Erick mengatakan turnamen pemanasan ini bukan hanya untuk memanjakan pecinta panggung lapangan hijau nasional. Pada saat yang sama, diharapkan bisa menggairahkan iklim kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia menuju musim 2024/25.

"Seperti yang dikatakan Presiden Jokowi, bahwa semakin banyak kompetisi, makin baik bagi sepakbola nasional. Turnamen Piala Presiden 2024 yang sudah enam kali digelar, saya nilai positif baik bagi pemain, klub, dan suporter. Muaranya sepakbola nasional juga akan kian menarik," ujar sosok yang juga bertugas sebagai Menteri BUMN ini.

Erick menyinggung beberapa terobosan di turnamen pemanasan ini. Salah satunya hadiah uang Rp 5 miliar untuk tim yang menjadi juara (belakangan panitia menaikkan menjadi Rp 5,25 miliar untuk peringkat satu karena banyaknya sponsor yang masuk). Berikutnya penggunaan Video Assistant Referee (VAR), dan masih banyak lagi inovasi lainnya.

Terkait VAR, para peserta menyambut baik hal ini. Persija Jakarta contohnya. Dalam keterangan resminya, seperti beradaptasi, Persija mendapat arahan mengenai penerapan teknologi tersebut dari operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB), sebelum bergulirnya pertandingan di Grup B Piala Presiden, pada 19 Juli 2024 lalu.

"Ini adalah pramusim pertama di mana VAR akan diadakan di Liga Indonesia. Jadi saya pikir kami tahu persis bagaimana mereka akan menggunakannya,” kata pelatih tim berjuluk Macan Kemayoran itu, Carlos Pena.

Sederet cerita di atas menunjukkan semaraknya Piala Presiden. Lagi-lagi ini bukan turnamen pemanasan biasa. Bahkan, obrolan di warung kopi antar penggemar sepak bola menggambarkan hal itu.

Ada perbincangan merujuk pada  intensitas pertandingan. Pemandangan di Eropa yang menjadi kiblat sepak bola saat ini, turnamen pramusim cenderung datar adanya, meski tidak menghilangkan kesan profesionalitas.

Itu kesempatan pelatih mencoba semua amunisinya. Tak jarang para juru taktik memainkan sederet pemain akademi. Hasil di lapangan pun belum sepenuhnya menjadi acuan kualitas sebuah tim.

Namun di Indonesia, laga langsung berjalan sengit sejak turnamen pemanasan ini. Terkait hal itu, Republika.co.id mencoba berdiskusi dengan pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni. Kebetulan, sosok yang akrab disapa Bung Kus ini wara-wiri memandu sejumlah pertandingan Piala Presiden 2024 lewat layar kaca.

Menurutnya, secara umum ini tetap turnamen pramusim. Apa dasarnya? Format dan regulasi yang cukup longgar memberi kesempatan kepada klub-klub untuk bereksprimen dan mencoba pemain barunya. Hanya saja, ia mengakui beberapa pertandingan terkesan keras. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi beresiko menyebabkan cedera.

"Biasanya, ini faktor kesiapan. Banyak pemain belum siap kondisi fisiknya sehingga di lapangan belum optimal mainnya. Fisik yang belum optimal itu juga rawan mengundang cedera kalau pemain bermain melebihi kapasitasnya. Selain itu, faktor hadiah yang lumayan besar mungkin juga ikut memengaruhi," kata Kusnaeni.

Menurut Bung Kus, bagi klub mungkin itu bukan motivasi utama mengikuti turnamen pemanasan ini. Tapi bagi sebagian pemain, ceritanya berbeda. Ada godaan mendapatkan hadiah besar, dan itu lumrah terjadi.

"Ini hal yang alamiah karena motivasi berprestasi kan memang ciri olahraga kompetitif seperti sepak bola. Tinggal bagaimana panitia mengingatkan perangkat pertandingan. Mereka harus terus diingatkan untuk mengutamakan perlindungan kepada pemain, mengingat ini hanya turnamen pramusim," ujar Kusnaeni, menambakan.

Pada akhirnya inilah situasi yang terjadi. Ada banyak pembelajaran dari turnamen pemanasan di sepak bola Indonesia ini. Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2024, Maruarar Sirait berbicara lantang. Ia mengajak penikmat sepak bola fokus pada aspek yang lebih besar, melampaui aksi-aksi ketegangan di lapangan.

Bagaimana pun sepak bola sudah menjadi industri. Piala Presiden dipoles beradaptasi pada hal itu. Ada kemandirian dalam menjalankan kompetisi.

"Piala Presiden adalah role model transparansi. Tidak ada uang negara, baik itu dari BUMN, APBN, maupun juga dari APBD. Semuanya dari sponsor, murni dari swasta, karena kita ingin membangun industri olahraga," ujar Sosok yang biasa disapa Ara tersebut.

Sebelumnya, ia tercatat bertugas sebagai  Ketua SC Piala Presiden 2015, 2017, 2018, 2019. Seperti di beberapa era terdahulu, kali ini Ara kembali menggandeng PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk mengaudit perputaran uang  di ajang pramusim ini.

Ara menegaskan, PwC merupakan merupakan auditor yang sangat kredibel hingga di level internasional. Ia menilai itu salah satu upaya mereka untuk menunjukkan nilai industri sepak bola Indonesia di mata dunia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement