Rabu 26 Jun 2024 12:22 WIB

Pengrajin Anyaman Mansiang Mengaku Rasakan Manfaat Program PNM Mekaar

Selain modal, PNM Mekaar juga memberi pelatihan-pelatihan.

Pelaku usaha ultra mikro asal Padang, Sumatera Barat, Yeni Walnita, bersama produk buatannya.
Foto: istimewa/doc humas
Pelaku usaha ultra mikro asal Padang, Sumatera Barat, Yeni Walnita, bersama produk buatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pelaku usaha ultra mikro asal Padang, Sumatera Barat, Yeni Walnita, mengaku merasakan manfaat program PNM Mekaar.  Setelah menjadi nasabah PNM Mekaar dan rutin mengikuti pelatihan dari PNM, ia memiliki berbagai kreasi produk. 

“Sejak gabung jadi nasabah Mekaar saya ikut klasterisasi daun mansiang dan peningkatan kompetensi UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) kriya. Kalau nggak gitu, saya mungkin nggak kebayang bikin produk berbagai macam kaya gini,” ungkap Yeni, dalam siaran pers, Rabu (26/6/2024).

Dijelaskannya, dalam menghadapi persaingan dengan berbagai jenis produk anyaman, pengrajin anyaman mansiang harus terus melakukan inovasi dengan memproduksi barang unik dan menarik. Dulu, kata dia, anyaman mansiang biasanya dipakai ibu-ibu sebagai tas belanja di pasar. Namun, kini semakin banyak produk dari anyaman mansiang yang diminati generasi muda.

Hal ini dirasakan Yeni Walnita, pelaku usaha ultra mikro asal Padang, Sumatera Barat. Awalnya ia membuat kombuik, tas khas olahan tangan warga kampung Taratak Kumbang. Kombuik jadi usaha turun temurun warga desa. Namun, produk yang homogen ini membuat produk mansiang kurang variatif. Dan berkat program PNM Mekaar, ia menjadi lebih kreatif.

Aneka produk anyaman mansiang buatan Yeni antara lain tas mukena, tas laptop, dompet pesta perempuan, tas selempang pria, kotak tisu, pouch tumbler dan masih banyak lagi.

Apalagi dengan tambahan ornamen, semakin banyak yang tertarik dengan produk kerajinan dari sejenis rumput anggota suku teki-tekian ini. “Produk  anyaman mansiang ditambahkan elemen pita, elemen bunga serta diberi warna agar terlihat menarik,” tambahnya.

Berkat kegigihannya, Yeni mendapatkan omset rata-rata hingga Rp.5 juta setiap bulan. Ia juga memasarkan produknya secara online dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang di sekitarnya. “Alhamdulillah sudah ada yang bantu. Di Taratak, sini banyak perempuan sulit mencari uang. Jadi mereka bantu-bantu saya buat kreasi anyaman,” tambah Yeni.

Usaha yang dirintisnya, menurut  Yeni tak lepas dari peran PNM yang memberikannya modal pinjaman untuk membuka usaha melalui program PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) dengan aktivitas pendampingan usaha dan dilakukan secara berkelompok.

Pada dasarnya, kata Yeni, nasabah PNM Mekaar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha, tapi terbatasnya akses pembiayaan modal kerja menyebabkan keterampilan berusaha mereka kurang termanfaatkan. Beberapa alasan keterbatasan akses itu meliputi kendala formalitas, skala usaha, dan ketiadaan agunan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement