Rabu 05 Jun 2024 17:54 WIB

Uni Eropa Desak Israel dan Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata Biden

Uni Eropa menyoroti situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Gaza.

Warga Palestina melihat kehancuran pasca serangan Israel yang menyebabkan para pengungsi tinggal di Rafah, Jalur Gaza, Senin, 27 Mei 2024.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina melihat kehancuran pasca serangan Israel yang menyebabkan para pengungsi tinggal di Rafah, Jalur Gaza, Senin, 27 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uni Eropa mendesak Israel dan Hamas untuk menerima proposal gencatan senjata di Gaza yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Biden mengumumkan proposal gencatan senjata tiga tahap.

“Uni Eropa mendukung penuh peta jalan komprehensif yang disampaikan Presiden Biden yang akan mengarah pada gencatan senjata abadi di Gaza, pembebasan semua sandera dan gelombang bantuan kemanusiaan ke Gaza,” kata EU seperti dilaporkan Anadolu, Rabu (5/6/2024).

EU menyoroti situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Gaza, dengan menekankan bahwa sudah terlalu banyak nyawa warga sipil yang hilang. Karena itu, ujar EU melalui pernyataan, gencatan senjata yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjamin perlindungan warga sipil dan pembebasan semua sandera tanpa syarat perlu dilakukan segera.

“Keselamatan dan kesejahteraan (sandera) menjadi perhatian dan untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza sehubungan krisis kemanusiaan yang semakin parah,” kata EU. 

 

Uni Eropa menegaskan bahwa perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah adalah demi kepentingan kedua bangsa, juga kawasan secara keseluruhan serta kepentingan global.

Dengan latar belakang tersebut, Uni Eropa menyatakan siap berkontribusi dalam menghidupkan kembali proses politik untuk perdamaian abadi dan berkelanjutan berdasarkan solusi dua negara. EU juga menyatakan akan mendukung upaya internasional yang terkoordinasi untuk membangun kembali Gaza.

Proposal tersebut, seperti yang disampaikan oleh Biden pada Jumat lalu, memetakan perjanjian tiga fase yang akan mencapai puncaknya dengan proses beberapa tahun. Tiga fase tersebut ditujukan untuk membangun kembali daerah kantong pantai yang rusak parah itu serta pemulangan semua sandera yang hidup maupun mati yang ditahan di Gaza.

Fase pertama akan dimulai dengan gencatan senjata selama enam minggu, saat para sandera Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan, termasuk perempuan, orang lanjut usia, dan yang terluka. Pembebasan itu akan dilakukan sebagai imbalan atas pembebasan para tahanan Palestina, yang menurut Biden akan berjumlah ratusan.

Kemudian, pasukan Israel juga akan mundur dari daerah yang oleh pejabat senior pemerintahan Biden disebut "padat penduduk”.

Jenazah beberapa sandera yang tewas juga akan dikembalikan dan para warga sipil Palestina akan diizinkan kembali ke rumah dan lingkungan di seluruh Gaza.

Pengiriman bantuan kemanusiaan juga akan meningkat tajam hingga mencapai 600 truk per hari, menurut Biden.

Para perunding akan berupaya mengatasi permasalahan yang belum terselesaikan selama enam minggu tahap pertama, termasuk rasio tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan sandera Israel.

Proposal tersebut mencakup bahasa yang memungkinkan gencatan senjata diperpanjang sebelum tahap kedua dimulai, selama perundingan terus berlanjut.

Rasio pertukaran tahanan merupakan isu penting karena pada tahap kedua semua sandera yang masih hidup akan dibebaskan, termasuk semua personel militer pria Israel. Pasukan Israel juga akan mundur sepenuhnya dari Gaza.

Fase terakhir mencakup pelaksanaan rekonstruksi Gaza, yang diperkirakan memakan waktu hingga lima tahun, dan pengembalian sisa sandera yang ditahan di Gaza. 

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement