REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir minta introspeksi dari BUMN dan pelaku ekonomi lain di dunia harus kembali dilakukan karena globalisasi di luar semakin tajam dan menyeramkan.
“Introspeksi dari kita bagaimana kita harus lebih baik lagi. Karena kenapab? Kalau kita lihat sekarang globalisasi makin seram kita sudah bicara melihat bagaimana tahun depan yang namanya ekonomi ini cukup menantang,” kata Erick dalam Family Gathering Kementerian BUMN di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Ahad (5/5).
Sebagai buktinya, Erick Thohir mengatakan pada 2025, perekonomian global semakin menantang. Sudah terjadi perang tarif antara Eropa, Amerika, China.
“Sudah terjadi mulai perang tarif antara Eropa, China Amerika, bukan nggak mungkin kita juga nanti ditarifkan barang-barang kita, sehingga apa selama ini kita surplus, itu bisa tertekan,” tutur Erick.
Mereka juga, lanjut Erick mengatakan, mulai memberlakukan tarif bea masuk yang memberatkan produk negara lain. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan dialami oleh Indonesia.
"Mereka bisa saja mengenakan tarif akan produk - produk kita. Artinya, (neraca) perdagangan pun, yang tadinya surplus, nanti bisa saja tertekan. Tahun akan menjadi tahun yang tidak mudah,"
Erick menegaskan perekonomian membutuhkan sebuah kepastian karena persaingan antar negara akan menjadi semakin tajam dan kejam.
“Nah di sinilah hal yang saya rasa tahun depan tidak mudah, ekonomi harus menjadi sebuah kepastian dan persaingan pada dunia semakin tajam dan kejam,” kata Erick.
Meski demikian, Erick mengatakan, dirinya dan jajaran pimpinan di Kementerian BUMN telah mempersiapkan Blueprint BUMN sampai tahun 2034, yang berlaku hingga 10 tahun ke depan. Salah satunya memperkuat ekosistem.
Contohnya, pupuk dan pangan terpisah, ke depan akan dijadikan satu ekosistem. Karena tidak mungkin bicara pangan tanpa membahas pupuk. "Di pupuk sendiri masih banyak kekurangan, yaitu sumber bahan baku. Kita juga bikin Blueprint, kalau kita mau menjadi produser pupuk nomor 5 bahkan nomor 3 di dunia, maka harus ada kepastian bahan bakunya. Semuanya dirincu agar pengganti kami semua sudah punya blueprint," kata Erick.
Hal serupa juga dilakukan Erick adalah membahas anggaran BUMN tahun 2025, termasuk Penyertaan Modal Negara (PMN).
“Dengan demikian, siapapun pengganti kami nanti akan tahu bahwa ada pekerjaan yang sedang dilakukan sebelumnya," kata Erick.
Tidak seperti saat dirinya masuk dan menjadi Menteri BUMN pada tahun 2019, dirinya tidak mengetahui berapa besar PMN. Akibatnya terjadi ledakan PMN pada tahun 2020 dan 2021, salah satunya untuk infrastruktur.
"Pinjaman jangka pendek digunakan untuk proyek jangka panjang," kata Erick.