Kamis 15 Feb 2024 13:32 WIB

Genosida oleh Israel Berlanjut di Rafah

Rafah saat ini bisa dibilang menjadi pusat kamp pengungsian warga Gaza.

Asap mengepul di langit Kota Rafah, selatan Gaza menyusul aksi bombardir oleh militer Israel, pada Senin (12/2/2024).
Foto: AP Photo/Leo Correa
Asap mengepul di langit Kota Rafah, selatan Gaza menyusul aksi bombardir oleh militer Israel, pada Senin (12/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria, Kamran Dikrama, Antara, WAFA, Reuters

Sejak Senin (12/2/2024) lalu, Israel mulai menggempur Kota Rafah di Gaza selatan secara intensif. Atas instruksi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, serangan udara dan darat dilancarkan yang mengakibatkan tewasnya ratusan warga sipil, termasuk sebagian besar anak-anak dan perempuan, seperti dilaporkan pihak otoritas kesehatan setempat.

Baca Juga

Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengungkapkan bahwa Rafah menyaksikan bombardir serangan udara Israel di pusat kota, menghantam rumah-rumah warga di dekat kantor pusat PRCS. Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Kuwait di Kota Rafah, Suhaib Al-Hams, mengaku pihak rumah sakit kewalahan menangani pasien yang terluka parah dan kekurangan obat serta pasokan.

Menurut sumber setempat, pesawat tempur Israel meluncurkan sekitar 40 serangan udara dan menargetkan sejumlah rumah dan masjid yang menampung para pengungsi. Penembakan artileri yang intens dan pemboman lewat jalur laut juga terjadi di Rafah.

Masjid yang menjadi target pasukan Israel di antaranya Masjid Al-Rahma di Shaboura dan Al-Huda di kamp pengungsi Yibna, yang keduanya menampung ratusan keluarga pengungsi dan lebih dari 14 rumah berpenghuni. Serangan udara Israel juga meluas ke wilayah di dekat perbatasan dengan Mesir.

Diperkirakan sekitar 1,4 juta warga dan pengungsi saat ini berada di Rafah setelah pasukan pendudukan Israel memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi dari Gaza utara ke selatan pada awal agresi. Adapun, jumlah korban meninggal yang terbunuh oleh militer Israel telah mencapai lebih dari 28 ribu jiwa.

Kelompok pejuang Hamas pada Senin mengatakan, bahwa serangan Israel di kota Rafah, Gaza selatan merupakan lanjutan tindakan "genosida dan pemindahan massal" oleh pasukan negara Zionis.

"Serangan itu menegaskan bahwa pemerintah Netanyahu mengabaikan keputusan Mahkamah Internasional, yang memerintahkan tindakan mendesak untuk menghentikan tindakan yang mengarah ke genosida," kata pemimpin Hamas Azat al-Rashq di Telegram.

Rashq mengatakan, pemerintah Joe Biden, bersama pemerintahan Benjamin Netanyahu, bertanggung jawab penuh atas pembantaian tersebut. Rashq meminta masyarakat internasional untuk segera menghentikan serangan dan kejahatan Israel terhadap warga sipil.

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement