Ahad 11 Feb 2024 11:13 WIB

UMB Dorong Netralitas Kampus pada Pemilu 2024  

Netralitas adalah prinsip penting dalam lingkungan akademi

Rektor UMB Prof. Dr. Andi Adriansyah. M. Eng
Foto: Dok Republika
Rektor UMB Prof. Dr. Andi Adriansyah. M. Eng

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beberapa hari lagi pemungutan suara Pemilu 2024 akan berlangsung. Universitas Mercu Buana bersama dengan seluruh rakyat Indonesia menyambut antusias pesta demokrasi 5 tahunan ini. Sebagai sarana pendidikan putera puteri bangsa, Universitas Mercu Buana secara aktif mendorong tumbuh kembangnya partisipasi politik dengan ikut serta mensukseskan Pemilu dengan memberikan ruang bagi civitas akademika untuk menyalurkan aspirasi politiknya pada tanggal 14 Februari 2024.

 “Ruang akademik di Universitas Mercu Buana adalah tempat di mana berbagai gagasan, pendapat, dan pandangan dapat berkembang secara bebas tanpa takut akan adanya diskriminasi atau represi. Netralitas adalah prinsip penting dalam lingkungan akademi yang memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide-ide mereka tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun,” kata Prof. Dr. Andi Adriansyah. M. Eng yang ditemui di Jakarta, dalam keterangan persnya, Jum’at (09/02).

Baca Juga

Rektor Universitas Mercu Buana itu memastikan bahwa di Universitas Mercu Buana, ruang akademik ini dikembangkan untuk memastikan bahwa setiap anggota civitas Universitas Mercu Buana merasa aman dan nyaman untuk ikut serta berpartisipasi dalam Pemilu tahun ini.

“Ruang akademik yang netral di Universitas Mercu Buana menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua mahasiswa, dosen, dan staf. Ini berarti bahwa tidak ada satu pun pandangan atau kekuatan politik yang diberikan perlakuan Istimewa,” tambah Andi.

Universitas Mercu Buana mendorong setiap anggota civitas untuk berkontribusi dalam pesta demokrasi sebagai bagian dari hak politik sebagai warga negara. Universitas Mercu Buana memberikan ruang yang sama bagi anggota civitas dalam ikut berpartisipasi dalam Pemilu  tanpa memandang latar belakang, identitas atau kepercayaan mereka. 

“Budaya politik subyek  yang menempatkan individu dengan kesadaran dan pengetahuannya dalam memilih adalah langkah penting untuk menjadi pemilih yang bertanggung jawab. Budaya politik parochial yang menempatkan individu sebagai obyek kekuatan politik tertentu sudah usang dan tidak sesuai dengan budaya akademik yang menempatkan tanggung jawab individu sebagai norma yang dijunjung tinggi,” ungkap professor Peneliti Robot Humanoid ini.

Namun demikian, tambah Andi, meskipun netralitas adalah prinsip yang penting, bukan berarti bahwa semua pandangan atau tindakan diperlakukan dengan cara yang sama. Universitas Mercu Buana tetap mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan mengambil tindakan terhadap diskriminasi, pelecehan atau tindakan yang tidak etis.

Dengan demikian, lanjutnya, ruang akademik yang netral di universitas ini juga merupakan tempat yang aman bagi seluruh sivitas akademika, di mana mereka dapat melindungi martabat mereka dan menyuarakan kekhawatiran mereka tanpa takut akan penindasan atau pembalasan.

“Sebagai perguruan tinggi, Universitas Mercu Buana menjalankan peran mercusuar penegakkan etika melalui netralitas kampus dalam Pemilu. Sikap ini untuk mendorong  terciptanya lingkungan akademis yang sejalan dengan peran perguruan tinggi untuk mengembangkan keluhuran budi, menjunjung pengetahuan dan pengembangan sikap intelektual,” katanya.

Secara keseluruhan, ruang akademik di Universitas Mercu Buana memainkan peran penting dalam mendukung kebebasan akademik, dialog antarbudaya, dan pembangunan masyarakat yang inklusif. Dengan menjaga netralitas dan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, Universitas Mercu Buana memberikan kontribusi yang berharga dalam membentuk generasi yang berpikiran terbuka dan berperasaan empati.

sumber : An
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement