Senin 29 Jan 2024 05:48 WIB

Saatnya Timnas Indonesia Naik Kelas

Timnas Indonesia akan makin tangguh dengan sejumlah perbaikan ke depan.

Ekspresi kekecewaan pemain Indonesia usai dikalahkan Australia pada pertandingan sepak bola babak 16 besar Piala Asia antara Australia dan Indonesia di Stadion Jassim Bin Hamad di Doha, Qatar, Ahad (28/1/2024). Indonesia harus mengakui keunggulan Australia setelah kalah 0-4 di babak 16 besar Piala Asia.
Foto:

Selepas kekalahan dari Australia, pelatih Shin Tae-yong menilai pengalaman bermain di laga berkualitas menjadi pembeda timnya dengan lawan. Di mata Shin, skuad Garuda kalah dalam level pengalaman dan konsentrasi. 

Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Masih teringat performa Qatar dalam tiga laga penyisihan grup di Piala Dunia 2022 lalu. Qatar yang baru sekali tampil di Piala Dunia tampak demam panggung. Tim yang dibangun dengan biaya besar selama sekitar delapan tahun gagal memetik hasil manis.

Mereka gugup di lini belakang dan membuang peluang di depan. Mirip Indonesia di Piala Asia 2023. Padahal secara kualitas, Qatar seharusnya bisa meraih hasil yang lebih bagus lagi ketika bergabung di Grup A bersama Belanda, Senegal, dan Ekuador di Piala Dunia lalu.

Namun saat tampil di Piala Asia setahun berselang, Qatar superior di penyisihan grup dengan melakukan sapu bersih. Jika terus menampilkan performa serupa, Qatar bisa saja mempertahankan trofi yang mereka raih pada 2019 lalu.

Namun terlepas dari itu perkara jam terbang, pasti masih banyak potensi yang bisa dimaksimalkan oleh Shin, andai ia terus dipercaya melatih timnas kita. Misalnya skema bola mati, baik dari tendangan bebas atau sepak pojok. Indonesia mendapatkan sembilan tendangan sudut semasa fase grup serta satu lawan Australia yang tak satu pun bisa dimaksimalkan menjadi gol.

Juga lewat lemparan ke dalam. Kita mendapatkan satu gol melawan Jepang dari situasi ini, yang ke depan harusnya bisa dioptimalkan. 

Inggris jadi tim yang menakutkan di dunia setelah Gareth Southgate fokus memperbaiki situasi bola mati ini. Pada Piala Dunia 2018, Inggris mencapai semifinal berkat delapan gol dari situasi bola mati.

Dari Piala Asia 2023, saya melihat kita punya kapasitas bermain sebagai tim ofensif atau mengandalkan shape bertahan solid untuk melancarkan serangan balik mematikan. Pelatih akan lebih mudah menentukan bermain dengan cara apa melawan tim mana bila semua kekurangan di atas bisa diperbaiki.

Tak sabar rasanya menantikan aksi-aksi timnas berikutnya dengan performa lebih ciamik dan hasil akhir yang lebih memuaskan. Ada kualifikasi Piala Dunia 2024 dan juga Piala Asia U-23 di depan mata. Separuh skuad saat ini bisa berlaga di kejuaraan kelompok usia tersebut pada April, andai diizinkan klub-klubnya.

Oh ya, Shin juga harus memikirkan membangun tim lapis kedua yang tak jomplang dengan skuad utama. Sebab, ada peluang para pemain yang merumput di luar tak bisa dengan mudah bergabung di kejuaraan di luar kalender FIFA. Kita tahu, ada sejumlah turnamen untuk timnas kita, senior atau kelompok umur, yang berlangsung di luar kalender FIFA.

Berat. Tapi, seperti Dilan, saya yakin Shin kuat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement