Kamis 18 Jan 2024 05:50 WIB

100 Hari Genosida di Gaza

Jangan berhenti membela Palestina, sampai Palestina merdeka.

Seorang siswa sekolah dasar Palestina menggendong jenazah anak-anak Palestina tiruan, saat ia menghadiri aksi duduk bersama siswa lainnya di luar kantor Delegasi Uni Eropa untuk Lebanon, untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina di Gaza, di Beirut, Lebanon, Kamis, (14/12/2023).
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Seorang siswa sekolah dasar Palestina menggendong jenazah anak-anak Palestina tiruan, saat ia menghadiri aksi duduk bersama siswa lainnya di luar kantor Delegasi Uni Eropa untuk Lebanon, untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina di Gaza, di Beirut, Lebanon, Kamis, (14/12/2023).

Oleh Jurnalis Republika Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, Genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza nyatanya telah memasuki hari ke 100. Dorongan untuk gencatan senjata dan penghentian serangan terus dilakukan meski belum membuahkan hasil. 

Israel tak mengindahkan semua seruan penghentian perang ini. Dengan membabi buta, pasukan zionis tetap pada pendirian mereka menyerang rakyat di Gaza dengan dalih menumpas kelompok Hamas. Namun banyak hal telah terjadi dalam 100 hari Perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza ini.

Baca Juga

1. Langkah Afsel menggugat Israel ke Mahkamah Internasional

photo
Menteri Kehakiman Afrika Selatan Ronald Lamola (tengah), Duta Besar Afrika Selatan untuk Belanda Vusimuzi Madonsela (kanan) berbincang sebelum sidang kasus genosida terhadap Israel yang diajukan oleh Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ),di The Hauge, Belanda, (11/1/2024). - (EPA-EFE/REMKO DE WAAL)

Langkah Afrika Selatan (Afsel) menyeret Israel ke sidang Mahkamah Internasional (ICJ) membuat kagum banyak pihak. Persidangan dugaan genosida Israel di Gaza, digelar selama dua hari di ICJ. Di hari pertama persidangan, Afsel, selaku penggugat, memaparkan bukti-bukti terkait adanya intensi dan tindakan genosida yang dilakukan Israel di Gaza.

Pengacara yang mewakili Afsel, Adila Hassim, mengatakan kepada panel hakim ICJ bahwa Israel telah melanggar Pasal II Konvensi Genosida. Hal itu mencakup “pembunuhan massal” terhadap warga Palestina di Gaza.

Meski begitu, namun langkah Afsel ini tak digubris oleh Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan tidak ada hal yang bisa menghentikan negaranya untuk menumpas habis Hamas di Jalur Gaza, termasuk keputusan ICJ.

2. Perang menyebabkan pengungsian terbesar 

photo
Warga Palestina mengungsi ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din di Bureij, Jalur Gaza, pada Rabu, (8/11/2023). - (AP Photo/Hatem Moussa)

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, agresi Israel ke Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama 100 hari telah menyebabkan pengungsian terbesar rakyat Palestina sejak peristiwa Nakba di tahun 1948. UNRWA mencatat dari 2,3 juta penduduk Gaza, 1,9 juta di antaranya telah mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian. Sangat jauh dari angka pengungsian saat peristiwa Nakba, saat itu 760 ribu warga Palestina melakukan eksodus selama perang.

3. Konflik meluas

photo
Ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir antara Israel dan kelompok Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon. - (AP)

Perang yang terjadi antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza nyatanya kini semakin meluas. Di Laut Merah, kelompok Houthi Yaman mengklaim ikut membantu Palestina dengan menyerang kapal-kapal Israel.

Namun kini tak hanya kapal Israel yang menjadi sasaran Houthi, kapal kargo milik AS dan Inggris pun menjadi objek serangan. Hal tersebut membuat AS dan Inggris akhirnya melancarkan serangan ke Yaman dengan dalih ingin membuat Houthi menghentikan serangannya di Laut Merah. 

Di perbatasan Lebanon ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel sejak tentara negara Zionis itu melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober. Baku tembak lintas batas baru-baru ini terjadi antara Hizbullah dan pasukan Israel, yang merupakan bentrokan paling mematikan sejak kedua pihak terlibat perang skala penuh pada 2006.

Dampak nyata boikot.... (baca halaman selanjutnya)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement