Senin 15 Jan 2024 08:52 WIB

Hasto Wardoyo Ingatkan Pentingnya Posyandu Remaja

Remaja menjadi bagian yang sangat menentukan bagi perkembangan bangsa.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengingatkan pentingnya keberadaan Posyandu Remaja, saat menjadi pembicara pada Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah secara daring, Ahad (14/01/2023).
Foto: istimewa/tangkapan layar
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengingatkan pentingnya keberadaan Posyandu Remaja, saat menjadi pembicara pada Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah secara daring, Ahad (14/01/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengatakan remaja menjadi kunci keberhasilan pembangunan kualitas bangsa Indonesia di masa depan. Karena itu, menjabarkan materi-materi yang dapat disosialisasikan bagi remaja dalam merencanakan kehidupan berkeluarga menjadi penting. 

Kesiapan untuk berkeluarga, menurut Hasto, banyak sekali dan itu harus dimulai dari remaja. Untuk itu, ia menilai pentingnya keberadaan posyandu remaja untuk bisa menyampaikan  bagaimana 10 dimensi kesiapan berkeluarga itu.

"Saya sepakat untuk membangun posyandu remaja, dan memang jumlah remaja kita cukup besar di mana usia produktif mencapai kira-kira 70 persen dan yang tidak produktif kira-kira 30 persen. Sehingga kita katakan sebagai bonus demografi," kata Hasto, dalam sambutannya saat menjadi pembicara pada Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah secara daring, Ahad (14/01/2023).

Menurut Hasto,  remaja menjadi bagian yang sangat menentukan bagi perkembangan bangsa. Kalau remaja putus sekolah, kawin usia muda, kemudian hamil dengan jarak dekat, dan kemudian tidak bekerja dan seterusnya, maka akan menjadi mis-demographic dividend

“Artinya, penduduk yang besar ini akan menjadi musibah, bukan berkah. Kuncinya ternyata ada pada remaja. Nah, itulah pentingnya posyandu remaja,” papar dia.

Pada bagian lain, dokter Hasto menuturkan bahwa isu stunting yang harus disosialisasikan pada posyandu remaja antara lain tentang penyebab stunting. Termasuk juga dampak  stunting seperti tidak cerdas dan sakit-sakitan di hari tua. 

Remaja juga harus memahami bahwa sebelum berkeluarga ada fungsi yang harus dijalankan dalam keluarga. “Mereka harus tahu bagaimana fungsi agama bahwa remaja laki-laki menjadi khalifah atau pemimpin di dalam keluarga," papar Hasto.

Dalam kesempatan ini, Hasto juga menjelaskan bahaya pernikahan usia muda. Dampak perkawinan yang terlalu muda, katanya, bisa juga  disampaikan di posyandu remaja.  "Allah sudah menyiapkan manusia bahwa panggul perempuan berukuran  10 cm apabila berumur 20 tahun. Tetapi kalau umur 16 atau 17 tahun, apalagi 15 tahun, kalau nikah lalu hamil berbahaya karena panggulnya  belum tentu 10 cm," jelas dia.

Lanjut dokter Hasto, Allah menciptakan diameter kepala bayi 9-10 cm.  Allah juga membuat diameter panggul perempuan 10 cm,  tetapi Allah menciptakan kepala bayi yang akan lewat panggul 9,8 sampai 9,9 cm. 

Hasto juga mengingatkan, tulang perempuan yang hamil di usia muda  akan lebih keropos dan lebih pendek. "Bila hamil terlalu muda ternyata tulang ibu yang harusnya masih tambah panjang tidak bertambah panjang karena diambil oleh bayinya dan kemudian tulang ibu yang seharusnya bertambah padat akan tidak terlalu padat karena diambil oleh bayi nya dari dalam rahim," jelas dokter Hasto.

Selain itu, remaja perempuan yang sudah berhubungan seksual bisa mempunyai potensi lebih besar terkena kanker mulut rahim. "Jadi, kalau sudah berhubungan seks pada usia muda, bisa menjadi kanker," ungkap Hasto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement