Kamis 04 Jan 2024 19:20 WIB

Dislepet SGIE

Yang penting adalah komitmen untuk mengembangkan terus ekonomi syariah.

Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menjawab pertanyaan cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar saat sesi deabat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (22/12/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menjawab pertanyaan cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar saat sesi deabat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (22/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fuji Pratiwi, Wartawan Republika

"Karena Gus Muhaimin adalah Ketua Umum PKB, saya yakin Gus paham ini. Bagaimana langkah Gus Muhaimin untuk menaikkan peringkat Indonesia dalam SGIE?" kata Gibran di Jakarta Convetion Center, Jumat (22/12/2023) malam.

Cak Imin merespons. "Apa? Apa itu SGIE? Mohon maaf, saya tidak pernah mendengar SGIE?" Moderator lalu memberi kesempatan Gibran menjelaskan. 

"Gus, kita kan sedang fokus mengembangkan ekonomi syariah dan keuangan syariah. Otomatis kita harus paham SGIE. SGIE adalah State of Global Islamic Economy. Dan Indonesia sudah masuk 10 besar di dalamnya terutama makanan halal, komsetik halal. Mohon maaf kalau pertanyaan saya sulit," kata Gibran sambil tersenyum.

Mendengar itu, Cak Imin ambil pena, menatap catatan, tangannya seolah mencatat dan bibirnya tersenyum tipis. Ia lalu menjelaskan soal kepastian jaminan halal. Masih ingat momen Cak Imin kena slepet Gibran itu?

Itu adalah potongan momen debat calon wakil presiden (cawapres) peserta Pemilihan Umum 2024. Saya sih happy dengar itu. Orang-orang jadi penasaran, apa itu SGIE. Media arus utama dan media sosial jadi ramai dengan bahasan SGIE. Alhamdulillah, isu ekonomi syariah dapat momentumnya.

Ada pro kontra muncul soal penggunaan istilah-istilah "asing" dalam debat capres dan cawapres. Terlepas dari itu, Cak Imin pada sesi debat cawapres malam itu bisa jadi adalah kita. Ya, kita. Pada level tertentu, kita mungkin juga tak tahu atau tak peduli seputar perkembangan ekonomi syariah.

SGIE Report atau State of Global Islamic Economic Report adalah laporan global mengenai perkembangan ekonomi syariah negara-negara di dunia, terutama anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI). 

Laporan ini jadi rujukan global ekonomi syariah karena memuat berbagai sektor dalam ekonomi syariah. Yakni, keuangan syariah (perbankan, asuransi, pasar modal, dan lain-lain); makanan halal; modest fashion; kosmetik dan farmasi halal; wisata ramah Muslim; serta media dan rekreasi. Laporan ini sudah ada sejak 2013 dan terbilang pionir.

Kalau kita tidak tahu soal SGIE Report, saya tidak menyalahkan. Sebab, harus diakui memang pengetahuan seputar ekonomi syariah masih rendah. 

Survei Bank Indonesia menunjukkan Indeks Literasi Ekonomi Syariah Indonesia adalah 23,3 persen pada 2022 dan sebesar 20,1 persen pada 2023. Artinya, dari 100 orang baru 20an orang yang tahu ekonomi syariah.

Memahami SGIE Report juga bisa jadi tidak untuk semua orang. Namun untuk sekelas wakil presiden, pernah dengar laporan-laporan yang jadi acuan seputar satu industri, agaknya sebuah keharusan. Lebih bagus kalau paham. Walaupun tak ada produk regulasi yang bisa dikeluarkan wakil presiden.

Di sisi lain, saya sepakat, buat masyarakat yang penting adalah jaminan halalnya baik produk maupun jasa. Apalagi, ini adalah amanat undang-undang. Walau proses jaminan halal ini berjalan pelan, alhamdulillah masih terus berjalan.

Dari dokumen visi misi yang beredar, semua capres cawapres Pemilu 2024 punya visi, misi, atau program ekonomi syariah dengan kadar yang berbeda. Buat saya, kadar itu bisa relatif. Yang penting adalah komitmen untuk mengembangkan terus ekonomi syariah.

Sebab, ekonomi syariah akan jadi jawaban atas tantangan ekonomi ke depan. Mau ekonomi hijau? Ekonomi berkeadilan? Ekonomi kerakyatan? Semua ada di ekonomi syariah. Tinggal konsepnya dijalankan dengan benar dan amanah. 

Semoga setelah dislepet istilah SGIE ini, kita makin perhatian dengan ekonomi syariah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement