Selasa 26 Dec 2023 23:08 WIB

Urgensi Iva Tes untuk Perempuan sebagai Metode Skrining Kanker Serviks

Terdapat 23,4 kasus kanker serviks per 100.000 penduduk.

Kanker serviks (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kanker serviks (ilustrasi).

Oleh: Asih Fujiasih, Cluny Martina Mangkuayu, Nurlela Lantu, Siti Rahmawati, Wiwit Kurniawati

 

Baca Juga

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah. Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari mulut rahim. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah rahim, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina. Penyebab kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV), terutama mayoritas disebabkan oleh HPV 16 dan 18.

Secara global, kanker serviks menempati urutan ke empat dari jenis kanker yang biasa terjadi pada perempuan dengan estimasi terdapat 570.000 kasus baru pada tahun 2018. Menurut World Health Organization (WHO), hampir 90% dari 311.000 kematian karena kanker serviks di dunia pada tahun 2018 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan sedang. Di Indonesia, kanker serviks menempati posisi kedua dari jenis kanker yang biasa terjadi pada perempuan setelah kanker payudara. Terdapat 23,4 kasus kanker serviks per 100.000 penduduk dengan tingkat kematian 13,9 per 100.000 penduduk.

Strategi global yang diajukan oleh WHO dalam mengeliminasi kanker serviks meliputi menetapkan visi yang mendunia bahwa kanker serviks merupakan kanker yang harus di eliminasi sebagai masalah kesehatan publik, menetapkan target insidensi 4 per 100.000 wanita per tahun, dan pencapaian target 90-70-90 pada tahun 2030 di setiap negara.

Target 90-70-90 pada tahun 2030 di negara berpenghasilan rendah dan menengah meliputi 90% cakupan imunisasi HPV pada anak perempuan berusia 15 tahun, 70% cakupan perempuan yang melakukan skrining pada usia 35 tahun dan tes ulang pada usia 45 tahun, 90% perempuan yang teridentifikasi kanker serviks mendapatkan pengobatan (90% perempuan dengan prekanker terobati dan 90% perempuan dengan kanker invasif terkelola).

WHO merekomendasikan tes HPV sebagai metode skrining, namun jika tes HPV tidak dapat dijangkau, WHO merekomendasikan pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat yang dilanjutkan dengan penanganan sebagai cara untuk skrining kanker serviks. Indonesia sudah mencanangkan pemeriksaan dini kanker serviks melalui pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) dan pap smear sejak tahun 2014, namun angka cakupan skrining masih rendah. Menurut data dari Kemenkes, baru 8,3% perempuan usia 30-50 tahun di Indonesia telah menjalani deteksi kanker serviks melalui IVA. 

Pada Tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana yang terbatas, dapat dilakukan program skrining dengan menggunakan pemeriksaan IVA. Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan yang terjangkau dalam hal biaya, tidak memerlukan teknologi yang canggih, hasilnya dapat diperoleh dalam waktu 1-2 menit, dan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di area yang jauh atau terpencil. Tingkat sensitivitas  pemeriksaan IVA dalam skrining kanker serviks mencapai 94,6% dengan tingkat spesifitas mencapai 81,6% (Vahedpoor et al., 2019). Setiap perempuan dapat melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas dengan persyaratan pernah melakukan hubungan seksual, tidak melakukan hubungan seksual dalam waktu 24 jam sebelum pemeriksaan, dan tidak memasukkan benda atau obat apapun ke dalam vagina sebelum pemeriksaan.

Cara pemeriksaan IVA cukup sederhana, yaitu dengan mengoleskan cairan asam asetat pada mulut rahim perempuan, ditunggu reaksinya selama 1 menit, hasilnya dapat langsung diperoleh dengan melihat adakah perubahan warna yang terjadi pada area mulut rahim. Jika ditemukan bercak putih pada area mulut rahim, pemeriksaan IVA dapat dikatakan positif dan selanjutnya dapat dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau tenaga kesehatan yang sudah terlatih. 

Ketersediaan pemeriksaan IVA di Puskesmas, kemudahan cara melakukan pemeriksaan, serta dengan tingginya tingkat sensitivitas dan spesifitas membuat pemeriksaan IVA sebagai pemeriksaan yang seharusnya mampu laksana di tatanan masyarakat. Titik persoalannya adalah sejauh mana masyarakat mengetahui adanya pemeriksaan ini dan pentingnya pemeriksaan ini untuk kesehatan perempuan terutama dalam mendeteksi dini kanker serviks. Melalui artikel ini, semoga masyarakat dapat lebih mengetahui manfaat serta cara melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas. Dengan ikut serta dalam pemeriksaan IVA, perempuan Indonesia berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan dan pelaksanaan program dunia untuk menekan peningkatan jumlah kasus kanker serviks secara global.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement