Rabu 06 Dec 2023 06:24 WIB

Jangan Pernah Melupakan Palestina

Rasulullah SAW pun mengajarkan umat Islam untuk mendoakan sesama.

Sejumlah orang mengikuti Munajat Kubro 212 di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (2/12/2023). Fokus utama acara adalah untuk memanjatkan doa untuk keselamatan NKRI dan Kemenangan Palestina. Munajat Kubro 212 dimulai dini hari sekitar pukul 03.00 WIB sampai 09.00.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah orang mengikuti Munajat Kubro 212 di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (2/12/2023). Fokus utama acara adalah untuk memanjatkan doa untuk keselamatan NKRI dan Kemenangan Palestina. Munajat Kubro 212 dimulai dini hari sekitar pukul 03.00 WIB sampai 09.00.

Oleh : *Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, Aksi bela Palestina masih terus mengalir dari berbagai belahan dunia. Donasi dan bantuan pun tak henti berdatangan untuk menolong warga Palestina yang dirundung duka. Bahkan aksi boikot terhadap berbagai produk yang terafiliasi dengan Israel dan Amerika Serikat (AS) juga tetap dilancarkan malah kini mulai berdampak terhadap kelangsungan perusahaan-perusahaan besar tersebut.

Kita mulai terbiasa dengan gaung ajakan untuk berhenti menggunakan berbagai produk rumah tangga, makanan dan minuman hingga koleksi busana yang disebut-sebut terafiliasi dengan Israel serta AS.

Baca Juga

Sayangnya, di sisi lain, kita tidak sepenuhnya dapat total melakukan aksi boikot tersebut. Sebut saja media sosial. Ketika kita dengan mudah menggantikan produk rumah tangga, makanan dan minuman atau koleksi busana dari merek besar dengan jenama lokal milik UMKM, lain halnya dengan media sosial. Tak mudah untuk mencari pengganti media sosial yang besar dan memiliki ratusan juta pengikut dengan media sosial buatan negeri sendiri misalnya. Padahal, media sosial merupakan alat yang cukup efektif untuk membangun awareness tentang kebiadaban Israel yang menyerang habis-habisan wilayah Palestina.

Bahkan yang membuat miris adalah para pemilik platform besar seperti Meta pun turut memblokir konten pro-Palestina dengan cara yang masif dan terang-terangan.

Sejumlah kreator konten hingga figur publik terkenal mengeluhkan konten yang berisi ajakan membela Palestina atau mengunggah ulang berita tentang keganasan tentara Israel hingga perjuangan Hamas langsung dihapus oleh pihak pengelola platform media sosial.

Belum lagi Elon Musk, pemilik media sosial X atau Twitter, telah terang-terangan menyatakan mendukung upaya Israel dalam melawan kelompok pejuang Palestina Hamas. Elon Musk sempat melakukan kunjungan tidak biasa ke Israel selama jeda pertempuran yang berlangsung empat hari serta mengadakan diskusi dengan PM Israel Benjamin Netanyahu yang disiarkan langsung secara daring di X Spaces. Saat mendengar penjelasan Netanyahu bahwa upaya menghancurkan Hamas diperlukan untuk mencapai perdamaian dengan Palestina, Musk menyatakan kesetujuannya.

Buntut dari aksi blokir itu, para aktivis pro-Palestina menyerukan kepada seluruh warganet untuk memboikot Instagram dengan memberikan rating bintang satu. Seruan untuk memboikot Meta sebagai induk perusahaan Instagram dan Facebook meluas di media sosial.

Bahkan pemerintah Malaysia sempat menegur keras TikTok dan Meta yang dianggap memblokir konten pro-Palestina.

Namun, hal tersebut dibantah oleh kedua platform tersebut. Pihak TikTok menolak tuduhan pemerintah Malaysia bahwa mereka memblokir konten pro-Palestina sebagai "tidak berdasar". 

Hal serupa juga dilontarkan Meta yang mengatakan tuduhan itu tidak benar meski faktanya berkata lain.

Lantas, sebagai warga dunia, apa yang harus kita lakukan? Apakah aksi boikot itu cukup untuk menghentikan konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung berpuluh tahun?

Bagi masyarakat Indonesia, Palestina bak seorang sahabat. 

Sejarah mencatat bahwa setelah kemerdekaan Palestina dideklarasikan di Aljazair pada 15 November 1988, Indonesia adalah negara pertama yang mengakuinya. Dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri RI, untuk menunjukkan dukungan lebih lanjut kepada Palestina, Menlu RI Ali Alatas dan Menlu Palestina Farouq Kaddoumi menandatangani "Komunike Bersama Pembukaan Hubungan Diplomatik" di Jakarta pada 19 Oktober 1989. Ini menandai pembukaan Kedutaan Besar Negara Palestina di Jakarta.

Pada 23 April 1990, Presiden Soeharto menerima surat-surat Kepercayaan dari Duta Besar Palestina pertama untuk Indonesia. 

Sejak saat itu, Indonesia terus mendukung perjuangan Palestina untuk kemerdekaan dan kedaulatan penuh, melalui berbagai forum seperti PBB, OKI, dan GNB. Dalam hal ini, Indonesia termasuk negara-negara yang telah memberikan dukungannya untuk Palestina menjadi anggota ke-195 UNESCO pada 31 Oktober 2011.

Maka, ketika sahabat sedang teraniaya bahkan terzalimi, apakah  kita hanya berpangku tangan dan duduk diam?

Sejatinya, ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah paham benar dengan situasi kondisi yang terjadi di Palestina. Jangan terkecoh dengan pemberitaan media asing yang cenderung membela dan berpihak pada Amerika Serikat dan Israel. Pilih media massa yang tepat memberitakan konflik tersebut.

Selanjutnya, kita bisa mengikuti demo dan kampanye yang ditujukan kepada entitas yang mendapatkan keuntungan dari atau mendukung kegiatan yang merugikan Palestina.

Anda bisa terus melancarkan aksi boikot terhadap produk-produk yang menyatakan dengan lantang memberi dukungan pada Israel. Bila memungkinkan, Anda juga dapat bergabung dengan organisasi yang bekerja secara langsung dengan komunitas Palestina. Tenaga, waktu, dan keterampilan Anda bisa sangat berharga dalam mendukung inisiatif mereka.

Terakhir, jangan berhenti mendoakan. Kedahsyatan doa pun tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang [pilar] agama serta cahaya langit dan bumi," (H.R. Abu Ya'la).

Rasulullah SAW pun mengajarkan umat Islam untuk mendoakan sesama. Bahkan, menurut Rasul, di antara doa mustajab yang dikabulkan Allah SWT adalah doa seorang muslim terhadap saudaranya.

Maka, teruskan perjuangan Anda, jangan lupa mendoakan sahabat kita, dan pada akhirnya camkan dalam hati dan benak: jangan pernah melupakan Palestina.

*Penulis adalah jurnalis Republika

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement