REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Nawir Arsyad Akbar
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra memprediksi bahwa penentuan sosok cawapres pendamping Prabowo Subianto akan menemui jalan buntu atau deadlock. Pasalnya, ada kekuatan yang saling tarik menarik di internal Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan ada pula kekuatan eksternal.
Yusril menjelaskan, saat ini ada sedikitnya enam kandidat cawapres yang mencuat di internal koalisi pendukung Prabowo. Tiga nama yang mencuat pertama kali adalah Menteri BUMN Erick Thohir yang diusung PAN, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan dirinya sendiri yang didukung PBB.
Lalu, ada tiga nama lain yang muncul belakangan. Mereka adalah Menko PMK Muhadjir Effendy yang dijagokan oleh PAN, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Yusril, dengan munculnya enam nama tersebut, tentu akan sulit menentukan siapa yang paling pantas menjadi cawapres. Partai Golkar, kata dia, tentu merasa berhak mendapatkan posisi cawapres karena punya banyak kursi di parlemen dibanding partai lain. PAN tentu juga punya alasan tersendiri agar kursi cawapres diserahkan kepada Erick.
"Semua partai punya alasan sendiri dan itu bisa deadlock dalam artian bisa terjadi penolakan (terhadap kandidat cawapres)," kata Yusril ketika bertemu awak media di kawasan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (12/10/2023).
"Memang di koalisi ini kekuatan tarik-menarik cukup besar. Bagi saya sendiri, sebenarnya saya hanya memposisikan diri saya itu sebagai satu kemungkinan alternatif terakhir ketika semuanya deadlock," imbuh politikus senior Indonesia itu.
Yusril menyebut dirinya adalah kandidat cawapres "kompromistis" atau kandidat yang kemungkinan bisa diterima oleh semua pihak di internal maupun eksternal koalisi. Apabila ada pihak yang menolak dirinya karena hanya didukung PBB, partai yang tak punya kursi di parlemen, Yusril mengaku siap mundur dari partai yang ia dirikan itu.
Dalam kesempatan itu, Yusril juga menyampaikan bahwa penentuan cawapres akan dilakukan secara musyawarah dengan melibatkan semua ketua umum. Kendati begitu, Prabowo akan berkonsultasi terlebih dahulu kepada Pak Lurah alias Presiden Jokowi untuk meminta petunjuk.
"Pernah satu kali beliau (Prabowo) mengatakan nanti sejumlah nama (kandidat cawapres) akan beliau konsultasikan dengan Pak Lurah. Dan nanti apa petunjuk Pak Lurah, itu akan menjadi dasar bagi beliau untuk memutuskan siapa pasangan calon wakil presiden yang akan dipilih," kata Yusril.
Sebagai gambaran, KIM terdiri atas Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, PBB, Partai Gelora, dan Partai Garuda. Koalisi ini mengusung Prabowo Subianto sebagai capres Pilpres 2024.
Namun, mereka hingga kini belum memutuskan sosok cawapres. Prabowo sendiri mengakui bahwa KIM baru akan menentukan sosok cawapres usai Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusan.
MK akan membacakan putusan atas permohonan uji materi dengan petitum menurunkan syarat batas usia capres-cawapres 40 tahun pada Senin (16/10/2023), tepat tiga hari jelang pendaftaran capres-cawapres dibuka. Apabila MK mengabulkan permohonan tersebut, maka putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming bisa memenuhi syarat sebagai cawapres. Gibran kini berusia 36 tahun dan menjabat sebagai wali kota Solo.