Kamis 05 Oct 2023 21:38 WIB

Deklarasi Anies-Muhaimin Belum Beri Dampak ke PKB dan Nasdem di Jatim

Pada periode-periode sebelumnya PKB tidak pernah menjadi kekuatan menengah di Jatim.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar bertemu dengan mantan pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS). Mereka bertemu dalam acara pernikahan putri dari Rizieq pada Rabu (27/9/2023).
Foto: Dok Republika
Bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar bertemu dengan mantan pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS). Mereka bertemu dalam acara pernikahan putri dari Rizieq pada Rabu (27/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SMRC belum mencatat efek ekor jas deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar kepada PKB dan Partai Nasdem di Jawa Timur. Padahal, pengamat politik Saiful Mujani mengatakan, Jatim menjadi kekuatan PKB.

Ia mengingatkan, pemilu pada periode-periode lalu menunjukkan PKB tidak pernah menjadi kekuatan menengah di Jatim. Artinya, jika tidak ada di peringkat satu, PKB paling jauh menempati peringkat dua setelah PDI Perjuangan.

Baca Juga

PKB sempat nomor satu pada fase awal pemilu 1999, cenderung sangat kuat di Jatim bersama PDIP. Bahkan, 2014 sempat menjadi kekuatan pertama di Jatim dan di 2009 nomor dua setelah PDIP dengan selisihnya tidak banyak. "Artinya, memang PKB kuat di Jatim," kata Saiful, Kamis (5/10).

Sayangnya, sepekan setelah deklarasi partai pertama di Jatim masih PDIP dengan 22,2 persen. Angka ini tidak mengalami perbedaan yang signifikan jika dibandingkan hasil Pemilu 2019 yang didapat PDIP yaitu 19 persen.

Sedangkan, PKB meraih angka 17,8 persen, lebih rendah dari capaian pada 2019 lalu yaitu 18,5 persen. Sedangkan, Partai Nasdem cuma mendapat 3,5 persen, walau pada Pemilu 2019 lalu mereka mampu mendapat 10,5 persen.

"Bisa jadi belum menentukan pilihan bisa jadi ditarik partai lain. Tapi, tidak ada partai lain yang menguat, jadi ada kemungkinan jadi mengambang (belum menentukan) karena yang mengatakan belum tahu ada 22 persen," ujar Saiful.

Survei ini sendiri dilakukan SMRC pada periode 2-11 September 2023 lalu setelah deklarasi Anies-Muhaimin secara tatap muka. Responden dipilih secara random sebanyak 150 sampel dengan margin of error 8,2 persen.

"Saya melihat deklarasi Amin di Jatim itu tidak punya efek ekor jas dari deklarasi itu, apakah Anies maupun Cak Imin terhadap partai politik yang mendukung mereka, dan itu di Jatim yang merupakan basis dari Cak Imin," kata Saiful.

Padahal, ia merasa, jika PKB atau Nasdem berharap jadi lebih kuat lagi menjelang Pemilu 2024 cukup berdasar karena selama ini PKB sudah kuat. Karenanya, setelah deklarasi Anies-Muhaimin diharap ada efek ekor jas.

Hal itu dikarenakan yang dideklarasikan sebagai cawapres merupakan sosok Ketua Umum PKB. Banyak harapan Muhaimin Iskandar jadi tokoh utama yang populer, banyak didiskusikan, banyak dibicarakan dan memperkuat PKB.

"Kalau di Jatim saja tidak mengalami kemajuan, mungkin efek deklarasi itu di daerah lain mungkin tidak bisa diharapkan," ujar Saiful.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement