Rabu 13 Sep 2023 18:59 WIB

Kemenkes Catat Penurunan Kasus ISPA di Jabodetabek

Penurunan kasus ISPA ini sejalan dengan upaya pengendalian polusi udara di Jakarta.

Tenaga kesehatan memeriksa warga penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (29/8/2023). Data penderita ISPA di Jakarta  imbas kualitas udara yang buruk mengalami lonjakan. Menurut kementerian kesehatan bahwa pasien ISPA di Jakarta mencapai 200 ribu orang, padahal sebelum andemi Covid 19 hanya 50 ribu pasien.  Mengutip data IQAir polusi udara menyebabkan 8.100 kematian di Jakarta selama 2023 serta membawa kerugian sekitar Rp 32,09 triliun.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tenaga kesehatan memeriksa warga penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (29/8/2023). Data penderita ISPA di Jakarta imbas kualitas udara yang buruk mengalami lonjakan. Menurut kementerian kesehatan bahwa pasien ISPA di Jakarta mencapai 200 ribu orang, padahal sebelum andemi Covid 19 hanya 50 ribu pasien. Mengutip data IQAir polusi udara menyebabkan 8.100 kematian di Jakarta selama 2023 serta membawa kerugian sekitar Rp 32,09 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menemukan penurunan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pneumonia dan non-pneumonia pada beberapa hari terakhir saat data tersebut diambil (6-10 September 2023). Penurunan kasus ISPA ini sejalan dengan upaya pengendalian polusi udara di Jakarta.

"Kita melihat setelah adanya mitigasi Dinas Kesehatan DKI, kasusnya mulai menurun. Meskipun masih tinggi, tapi sudah menunjukkan adanya penurunan," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam sebuah seminar di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Baca Juga

Imran mengatakan penurunan tersebut ditandai dengan adanya penurunan dari 16.788 kasus ke 15.193 kasus, kemudian ke 12.317 kasus, lalu ke 8.419 kasus, hingga mencapai 3.189 kasus ISPA non-pneumonia secara berturut-turut sejak 6-10 September lalu. Adapun untuk ISPA pneumonia, dia menambahkan ditandai dengan adanya penurunan dari 452 kasus ke 428 kasus, kemudian ke 289 kasus, lalu ke 274 kasus, hingga mencapai 61 kasus secara berturut-turut sejak 6-10 September lalu. 

"Jakarta Timur menjadi daerah dengan jumlah kasus terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jabodetabek," ucap Imran.

Menurut dia, salah satu penyebab turunnya jumlah kasus ISPA di Jabodetabek adalah dengan dibentuknya Satuan Tugas  Pengendalian dan Pencemaran Udara Wilayah Jabodetabek serta Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Polusi Udara (PPRPU) Kemenkes yang telah berhasil melakukan sejumlah upaya mitigasi terhadap dampak buruk polusi udara. Oleh sebab itu, dia mendorong berbagai upaya bersama yang telah dilakukan oleh sejumlah pihak dalam menangani dampak buruk dari polusi udara.

"Termasuk di antaranya adalah razia untuk uji emisi, saya kira kalau dilakukan terus menerus akan memberikan dampak yang lebih banyak," kata Imran Pambudi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement