Senin 04 Sep 2023 10:58 WIB

Kisah Kiprah Kegigihan Para Saudagar Minang Melawan Kolonial

Para saudagar Minang melawan kolonial dengan gigih.

Keterangan foto: Saudagar Vereeniging Sumber: dokumentasi Kharles
Foto: istimewa
Keterangan foto: Saudagar Vereeniging Sumber: dokumentasi Kharles

Oleh: Fikrul Hanif Sufyan, pemerhati, pengajar, dan penulis buku sejarah

Dunia niaga, memang identik dengan orang Minang. Ada pola yang sama dalam kesuksesan saudagar Minang, yaitu merantau dan membangun jejaring bisnis di perantauan (di luar  hingga menjadi kaya raya). Dan, kebiasaan merantau ini telah berlangsung berabad-abad lamanya. 

 Perdagangan berkembang di pesisir barat Sumatra sejak abad ke-14, telah mendorong perkembangan Islam di pesisir. Selain itu, orang Minang yang tinggal di pesisir barat Sumatra telah menjalin hubungan sosial yang kuat dengan pedalaman, termasuk dengan saudagar dari Gujarat dan Arab. 

 Pasar juga mulai berkembang sebagai tempat para saudagar Minang berinteraksi satu sama lain dan karena interaksi para saudagar luar dengan masyarakat lokal. 

 Sejarah mencatat bahwa orang-orang Muslim dari Gujarat dan Minangkabau pertama kali berkumpul di pelabuhan Tiku, setelah mereka berhasil diislamisasi pada dekade kedua abad ke-16 (Dobin, 1987).

Sampai abad ke-20, ketika tangan-tangan Kolonial Belanda makin kuat mencengkeram, di tepian Padang, terdapat beberapa pasar besar yang digerakkan saudagar kaya, di antaranya Pasar Gadang, Pasar Mudik, Pasar Ilir, Pasar Batipuh, dan Pasar Malintang. Di keempat pasar ini, berdiri gedung-gedung niaga para saudagar – yang berasal dari Oud Agam, Tanah Datar, Batipuh X Koto, dan Solok. 

 Tidak sekadar berniaga, tetapi mereka juga membentuk sebuah organisasi. Saudagar Vereeniging – demikian nama organisasi yang kali pertama dibentuk oleh Abdullah Basa Bandaro tahun 1916, dengan ketua pertamanya adalah Nurdin Saleh. 

 Inyik Basa Bandaro, demikian arsip, surat kabar, dan beberapa literatur menulisnya, adalah tokoh di balik berdirinya Sarekat Oesaha – kemudian mendirikan Adabiah School. Dan, melalui usaha tokoh pergerakan ini, turut membantu Haji Rasul merintis Thawalib School Padang Panjang (Sufyan, 2021).

Ayah angkat dari Chatib Sulaiman ini, turut menjadi penggerak dan pendukung dana dari dunia pergerakan di Sumatra Barat. Bahkan, pengagum berat Tan Malaka ini, turut mendanai beberapa surat kabar kiri – yang kerap melayangkan protesnya terhadap pajak (belasting) – yang menyengsarakan orang Minang itu.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement