Jumat 01 Sep 2023 16:03 WIB

Gempa Politik yang Dipicu Manuver Nasdem Pasangkan Anies-Cak Imin

Guncangan tidak hanya dirasakan blok Koalisi Perubahan tapi juga koalisi Prabowo.

DPC Partai Demokrat Kabupaten Bogor mencopot foto Anies Baswedan dari baliho Partai Demokrat, Kamis (31/8/2023) malam.
Foto: Dok. DPC Partai Demokrat Kabupat
DPC Partai Demokrat Kabupaten Bogor mencopot foto Anies Baswedan dari baliho Partai Demokrat, Kamis (31/8/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri 

Pengamat komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menilai, manuver Partai Nasdem yang kemungkinan besar memasangkan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar untuk Pilpres 2024, berpotensi memicu gempa politik yang cukup besar. Guncangan tidak hanya dirasakan dalam blok Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP), namun juga di blok koalisi partai-partai pengusung Prabowo Subijanto.

Baca Juga

"Meski demikian, kecil kemungkinan koalisi perubahan persatuan ataupun blok-blok koalisi lainnya, khususnya blok koalisi yang dinahkodai oleh Partai Gerindra dan blok koalisi yang dinahkodai oleh PDIP akan bubar dan kemungkin terbesar yang ada di masing-masing blok koalisi tersebut, hanya perubahan komposisi partai-partai pendukungnya saja," ujar Nyarwi dalam keterangannya pada Jumat (1/9/2023).

Menurut Nyarwi, jika Partai Demokrat lepas dari KPP, ada kemungkinan akan mencari mitra koalisi lainnya yang lebih menjanjikan untuk memberikan tiket cawapres. Sementara jika Sandiaga Uno berpeluang kecil untuk mendapatkan tiket cawapres Ganjar Pranowo, bisa juga akan mendorong PPP untuk mencari mitra koalisi dari partai-partai lainnya yang bisa menawarkan tiket cawapres atau bahkan capres.

"Dan bahkan masih terbuka peluangnya untuk bersama-sama dengan Partai Demokrat membangun blok koalisi baru, meski keduanya masih belum aman memenuhi syarat presidential threshold. Namun, kemungkinan ini, masih terbuka untuk terjadi," kata Nyarwi yang juga menjabat Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS).

Terkait KPP, Nyarwi mengatakan, rakyat mengetahui Nasdem merupakan partai pertama yang menggagas koalisi ini, yang kemudian mengundang PKS dan Partai Demokrat bergabung hingga kemudian dideklarasikan bersama melalui piagam koalisi. Bergabungnya PKB ke koalisi perubahan yang diinisiasi Nasdem, sangat terbuka. Apalagi jika Cak Imin mendapatkan tawaran tiket cawapres dari Nasdem dan Anies Baswedan.

"Ini tentu membawa konsekuensi politik lanjutan. Jika Cak Imin dari PKB benar-benar gabung ke Nasdem mengusung Anies, maka sangat besar peluangnya terjadi perubahan komposisi blok koalisi partai-partai kubu Prabowo (Gerindra dkk) dan juga blok koalisi perubahan dan persatuan (KPP) sendiri," katanya.

Menurut dia, manuver Cak Imin juga mengguncang dua blok koalisi sekaligus. Pertama koalisi partai-partai pendukung Prabowo dan sekaligus partai-partai yang selama ini menominasikan Anies sebagai capres. Namun jika mengacu pada data survei yang sudah dirilis oleh lembaga-lembaga survei kredibel, elektabilitas Anies masih tertinggal cukup jauh dari Prabowo maupun Ganjar.

Mayoritas data-data survei dari lembaga-lembaga tersebut juga menunjukkan elektabilitas Cak Imin juga masih sangat rendah. Namun, kalau keduanya dipasangkan, bukan tidak mungkin, daya elevasi elektabilitas Anies meningkat cukup tajam.

PKB yang saat ini dipimpin Cak Imin, memiliki basis pendukung inti yang sangat kuat di Jawa Timur, dan cukup kuat di Jawa Tengah. "Dua provinsi itu memiliki basis Nahdlatul Ulama yang sangat kuat. Dari data-data survei yang ada, elektabilitas Anies di kedua provinsi ini sangat rendah, tertinggal jauh dibandingkan Ganjar dan Prabowo.

"Di sini, peluang Cak Imin untuk membantu akselerasi elektabilitas Anies Baswedan di kedua provinsi ini masih terbuka lebar," imbuhnya.

Baik Nasdem dan PKB, menurutnya, mampu menjalankan manuver politik yang sangat cerdik dengan memperhatikan momentum yang mereka pilih untuk bermanuver juga cukup tepat. Manuver ini pun, lanjutnya dijalankan beberapa minggu setelah PAN dan Golkar bergabung ke koalisi blok pengusung Prabowo dan setelah acara perayaan ulang tahun PAN yang ke-25 kemarin.

"Langkah Nasdem dan Cak Imin/PKB ini tidak hanya potensial mengguncang blok koalisi pengusung Prabowo maupun Anies. Namun juga sangat potensial mengguncang basis dukungan elektorat/pemilih, khususnya di Jawa Timur dan Jateng ke Prabowo maupun ke Ganjar," katanya.

"Kemungkinan-kemungkinan seperti itu bisa terjadi pada bulan ini dan beberapa bulan mendatang. Tentu kita perlu melihat efek dari manuver Cak Imin dan Nasdem ini dengan data-data survei yang lebih akurat," tutupnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement