Sabtu 26 Aug 2023 15:30 WIB

Narasi Besar Madiun: Dari Pesantren Telagsari, Perang Jawa, Hingga Pemberontakan PKI 1948

Selain tragedi pemberontakan PKI 1948, Madiun punya narasi sejarah luar biasa.

Santri bejalar di pesantren di Jawa tempo dulu.
Foto:

Pesantren Tegalsari

Fokkens Sr membahas Pesantren Perdikan Tegalsari (Ponorogo) yang dirujuk Adam untuk menerangkan pengasingan diri Pakubuwono II (1711–49; bertakhta 1726–49). Sementara Akhlis menulis tentang Pesantren Perdikan Banjarsari (Madiun), melengkapi pemahaman kita tentang desa-desa perdikan di Madiun Raya.

Buku kedua berjudul Kisah Brang Wétan: Berdasarkan Babad Alit dan Babadé Nagara Patjitan. Menyajikan dua babad lokal yang merangkum sejarah beragam wilayah, termasuk Madiun Raya. Dua babad itu adalah Babad Alit (1911) dan Babadé Nagara Patjitan (1924). Dari hasil penelusuran, kedua babad tersebut ternyata belum banyak dikenal. Dalam berbagai tulisan yang mengulas sejarah Jawa Timur—terutama wilayah Ponorogo dan Pacitan—kedua babad itu hanya pernah dirujuk secara mendalam oleh sejarawan ahli Madiun, Ong Hok Ham (1933–2007).

Ong menggunakan kedua babad itu sebagai bahan disertasinya di Universitas Yale pada 1975, yang diterbitkan dalam versi Indonesia pada 2018. Sebelum sempat dibaca banyak orang, kedua babad itu telah berpindah ke luar negeri, menjadi bagian dari koleksi Universiteitsbibliotheek di Leiden, Belanda. Dalam Kisah Brang Wétan, tema-tema kontestasi kekuasaan, dinamika religi, serta tokoh-tokoh penting di kawasan ini dijelaskan melalui perspektif pujangga lokal. Sumber ini diperkuat dengan laporan perjalanan kapal Belanda, Pollux, untuk membandingkan kebenaran informasi dari sumber-sumber tradisional.

Baca di halaman selanjutnya...

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement