Jumat 25 Aug 2023 15:00 WIB

Jokowi Cuma Pidato di KTT BRICS, Mengapa Indonesia tak Jadi Anggota Sekalian?

BRICS resmi menerima enam negara anggota tambahan, tidak termasuk Indonesia.

Presiden Jokowi saat menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis (24/8/2023).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Amri Amrullah, Kamran Dikrama, Rahayu Subekti, Deddy Darmawan Nasution

Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja menjalani n serangkaian kunjungan kenegaraan ke Afrika sejak Ahad (20/8/2023). Dalam kunjungan kenegaraannya ini, Jokowi mengunjungi Kenya, Tanzania, dan Mozambik, serta menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan.

Baca Juga

Dalam KTT BRICS yang berlangsung pada 22 hingga 24 Agustus 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir menjadi salah satu pembicara. Di sela-sela acara KTT BRICS, Jokowi juga diagendakan melakukan sejumlah pertemuan bilateral dengan berbagai kepala negara.

“Dan untuk Afrika Selatan Indonesia diundang dalam KTT BRICS,” kata Jokowi dalam pernyataan pers sebelum keberangkatan ke Afrika.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak negara-negara The Global South untuk memperkuat kolaborasi dan solidaritas menghadapi berbagai tantangan dunia saat ini. Ia juga mengajak negara-negara berkembang untuk bersatu memperjuangkan hak-haknya serta menolak diskriminasi perdagangan.

Jokowi pun menegaskan bahwa hilirisasi industri juga tidak boleh dihalangi demi kemajuan negara. Hal ini disampaikan Jokowi dalam pidatonya saat menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis (24/8/2023).

“Negara berkembang harus bersatu untuk memperjuangkan hak-haknya, diskriminasi perdagangan harus kita tolak, hilirisasi industri tidak boleh dihalangi,” ujar Jokowi.

Jokowi mengajak agar seluruh negara berkembang harus terus menyuarakan kerja sama yang setara dan inklusif. Menurut dia, BRICS bisa menjadi bagian untuk memperjuangkan keadilan pembangunan dan mereformasi tata kelola dunia yang lebih adil.

“BRICS dapat menjadi bagian terdepan untuk memperjuangkan keadilan pembangunan dan mereformasi tata kelola dunia yang lebih adil,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, tatanan ekonomi dunia saat ini sangat tidak adil. Gap pembangunan pun semakin lebar, rakyat semakin miskin, dan jumlah masyarakat yang kelaparan semakin bertambah. Karena itu, ia mengajak para pemimpin negara lainnya agar tidak terus menerus membiarkan situasi tersebut.

Menurut Jokowi, kehadirannya dalam KTT BRICS ini bukan hanya dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Indonesia, namun juga sebagai sesama pemimpin The Global South yang mewakili 85 persen populasi dunia. Kehadirannya, lanjut dia, juga didasari keinginan untuk terus menghidupkan spirit Bandung yang dinilainya masih sangat relevan hingga saat ini.

“Di mana solidaritas, soliditas, dan kerja sama antar negara berkembang perlu terus diperkuat,” lanjut dia.

Adapun terkait keanggota Indonesia di BRICS, Jokowi mengatakan, Indonesia masih akan mengkaji dan mempertimbangkan keikutsertaan untuk menjadi anggota BRICS. “Kita ingin mengkaji terlebih dahulu, mengkalkulasi terlebih dahulu, kita tidak ingin tergesa-gesa,” ucap Jokowi, dikutip dari siaran pers Istana.

Meskipun demikian, Jokowi menilai hubungan Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS saat ini sudah sangat baik khususnya dalam bidang ekonomi. “Hubungan kita dengan kelima anggota BRICS juga sangat baik dan terutama di bidang ekonomi,” ungkapnya.

Selain itu, Jokowi juga menyampaikan bahwa salah satu proses yang harus dilalui untuk menjadi anggota baru BRICS adalah dengan menyampaikan surat expression of interest. Jokowi mengungkapkan bahwa hingga saat ini Indonesia belum menyampaikan surat tersebut.

“Untuk menjadi anggota baru dari BRICS suatu negara harus menyampaikan surat expression of interest, semua harus menyampaikan surat itu, dan sampai saat ini memang Indonesia belum menyampaikan surat tersebut,” kata Jokowi.

Sebelumnya, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, menegaskan, bahwa kehadiran Presiden Jokowi dalam forum tersebut tidak ada kaitannya dengan status keanggotaan Indonesia di BRICS. Bey menyebut kehadiran Jokowi tersebut untuk memenuhi undangan sebagai tamu. Kapasitas Indonesia dalam forum ini yakni sebagai Ketua ASEAN 2023.

“Bapak Presiden hadir di forum ini untuk memenuhi undangan sebagai tamu, yakni dalam kapasitas Indonesia yang sedang memegang keketuaan ASEAN,” kata Bey, dikutip pada Rabu (23/8/2023).

“Jadi kehadiran Bapak Presiden di KTT BRICS tidak ada kaitan sama sekali dengan status keanggotaan Indonesia di BRICS,” ujar dia, menegaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement