Sabtu 19 Aug 2023 11:20 WIB

Upacara 17 Agustus: Menggoyang Istana

Pelaksanaan Upacara 17 Agustus di Istana Negara banyak tontonan.

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Lilly Indriani Suparman Wenda (tengah) membawa Bendera Merah Putih untuk dikibarkan dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/8/2023).
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Lilly Indriani Suparman Wenda (tengah) membawa Bendera Merah Putih untuk dikibarkan dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/8/2023).

Oleh : Gita Amanda, Redaktur Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa yang suka menyaksikan momen upacara 17 Agustusan di Istana Negara? Saya mungkin salah satunya. Dari kecil saya senang melihat upacara bendera di Istana Negara yang umum disiarkan televisi-televisi nasional maupun swasta di setiap momen peringatan Hari Kemerdekaan.

Atraksi udara dan aksi Paskibraka mengibarkan bendera biasanya jadi dua momen paling saya nanti kala itu. Tapi tak banyak yang menarik sebenarnya. Momen upacara bendera di istana yang saya tonton ketika kecil lebih menyuguhkan tontonan seremonial yang kaku, serius, dan terkesan syahdu.

Tapi berbeda dengan apa yang saya saksikan beberapa waktu terakhir. Saya pikir momen istana bergoyang karena aksi penyanyi cilik Farel Prayoga menyanyikan lagu “Ojo Dibandingke” tahun lalu sudah cukup menggemparkan. Bagaimana tidak momen kaku perayaan 17 Agustus yang biasa terjadi di Istana berubah saat Farel berhasil membuat banyak menteri bahkan presiden bergoyang.

Padahal dulu, umumnya hanya lagu-lagu bertema kemerdekaan yang dinyanyikaan saat acara 17 Agustusan di Istana. Tapi dengan hadirnya Farel membawakan lagu dengan genre dangdut koplo memecahkan semua kekuan.

Tahun ini pun terjadi lagi, kali ini Penyanyi Putri Ariani kembali mengguncang istana. Dengan lagu “Rungkad”, putri berhasil membuat semua tamu Upacara 17 Agustus di istana bergoyang. Persis seperti tahun lalu, para tamu undangan tak segan “turun ke jalan ikut bergoyang” santai meski di hadapan mereka ada orang nomor satu di Indonesia.

Tapi presiden pun tak masalah, ia bahkan ikut tersenyum-senyum menyaksikan para tamu. Sang Ibu Negara apalagi, dengan luwes, meski masih tetap di kursinya, Bu Iriana ikut bergoyang.

Baju adat terbaik dapat sepeda

Sebenarnya sudah bukan hal asing melihat para pejabat negara bahkan presiden mengenakan pakaian adat dari beragam provinsi di Indonesia di momen-momen kenegaraan. Sejak beberapa tahun terkahir khususnya Presiden Jokowi mulai mengenakan banyak pakaian dari banyak suku di Indonesia. Jika dulu pada momen-kenegaraan para pejabat kerap mengenakan jas dan kebaya nasional, tapi tidak dengan beberapa tahun terkahir. Beragam pakaian tradisional mulai banyak ditampilkan. Termasuk di momen peringatan 17 Agustus.

Tahun ini, Presiden Jokowi tampil gagah dengan pakaian ala aja-raja Pakubuwono Surakarta. Jokowi mengenakan baju daerah Ageman Songkok Singkepan Ageng yang biasa dipakai Raja Surakarta. Tahun lalu, Jokowi juga mengenakan pakaian adat yang jarang dikenakan para pejabat, yakni Pakaian Adat Buton, Sulawesi Tenggara. Pak presiden nampaknya senang bereksperimen sekaligus mengenalkan ragam pakaian adat yang di miliki negara ini di berbagai acara kenegaraan.

Sementara untuk ibu negara tahun ini, Iriana mengenakan pakaian adat dari Bali, bernuansa hijau emas. Ibu Negara tampak cantik dengan hiasan mahkota emasnya.

Tapi yang juga menarik di Peringatan Upacara 17 Agustus di Istana kemarin, yakni dipilihnya lima busana daerah terbaik. Tak main-main pemenang mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden.

Pemenang pertamanya Roby Koroh dinobatkan sebagai juara 1 busana terbaik. Roby Koroh yang mengenakan kain khas Amarasi bukan orang sembarangan, ia merupakan ahli waris kerajaan Amarasi, di Nusa Tenggara Timur.

Pemenang kedua seorang tamu bernama Grety dengan pakaian adat Bengkulu dan pemenang ketiga Kohar dengan pakaian Adat Bayuwangi mencuri perhatian juri. Sementara pemenang keempat merupakan putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep yang mengenakan pakaian Minahasa, serta pemenang kelima Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan pakaian Adat Soe, NTT.

Muda-mudi Papua

Kemeriahan upacara 17 Agustus tahun ini juga banyak menampilkan pemuda pemudi asal bumi Cendrawasih. Mulai dari pemegang baki utama Paskibraka saat upacara pengibaran bendera hingga penampilan grup musik asal Papua.

Lilly Wenda  merupakan perwakilan pertama dari Papua yang berhasil ditunjuk sebagai pemegang baki saat pengibaran Sang Saka Merah Putih. Lilly merupakan perwakilan dari Provinsi Papua Pegunungan. Bersama rekan-rekan lainnya dari empat provinsi baru di Papua, Lilly berhasil masuk dalam tim Paskibraka Nasional.

Bahkan ada kejadian ‘’lucu’’ saat Lilly bertugas. Sepatu kirinya sempat terlepas sesaat setelah ia menyelesaikan misinya mengibarkan bendera. Ketika akan kembali ke barisan, sepatu Lilly terlepas sebelah. Namun, dengan tenang dan profesionalitas yang tinggi Lilly tetap berhasil menyelesaikan tugasnya. Meski hanya dengan sebelah sepatu yang ia kenakan.

Tak hanya Lilly, “wajah Papua” di momen Upacara Kemerdekaan RI. Grup musik M.A.C dan Shine of Black juga tampil memeriahkan acara. Usai Putri Ariani tampil, para pemuda-pemuda Papua tersebut unjuk kebolehan suara mereka di hadapan para tamu undangan.

Upacara Peringatan Kemerdekaan beberapa tahun ini. Pengibaran bendera di Istana tak lagi sekadar seremoni belakang tapi sudah penuh hiburan. Banyak hal lucu dan menarik perhatian penontonnya. Semoga tahun-tahun ke depan semakin menarik upacara Peringatan Kemerdekaan RI di Istana. Kita tunggu ada apa di tahun depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement