REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangkaian aksi pembakaran Alquran yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan Denmark, Danske Patrioter, telah memantik kecaman dunia internasional, terutama negara-negara Muslim. Aksi pembakaran dilakukan di depan gedung kedutaan besar (kedubes) negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia.
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Denmark Dewi Savitri Wahab mengatakan sedikitnya sudah tujuh kali aksi pembakaran Alquran terjadi di depan Kedubes Indonesia di Kopenhagen.
"Sudah terjadi tujuh kali, dari tanggal 6 hingga 12 Agustus 2023. Aksi dilakukan hanya oleh seorang individu dan tidak sampai lima menit. Jadi dia datang, menyobek lembaran Alquran, lalu melakukan pembakaran," katanya saat berbicang secara virtual dengan Republika pada Rabu (16/8/2023).
Ia mengatakan aksi penistaan terhadap Alquran di Denmark sudah terjadi sejak Januari lalu sempat terhenti. Aksi tersebut kembali masif dalam satu bulan terakhir.
"Aksi pembakaran ini dilakukan di depan kedubes negara-negara anggota OKI. Diawali dari lima negara: Turki, Mesir, Irak, Iran, dan Aljazair. Lalu dalam perkembangannya juga terjadi di depan KBRI. Karena KBRI bersebelahan dengan Kedubes Maroko, pembakaran Alquran juga terjadi di depan Kedubes Maroko. Sempat juga dilakukan di depan Kedubes Cina, dan pekan lalu di (depan Kedubes) Albania," katanya.
Ia mengatakan polisi intelijen Denmark biasanya memberi tahu pihak kedubes jika akan terjadi aksi pembakaran Alquran. Sementara dari media massa di Denmark tidak meliput aksi tersebut karena enggan memberi panggung pada kelompok Danske Patrioter.
"Danske Patrioter ini punya catatan kriminal dan memang mencari perhatian. Ini sama sekali tidak mendapatkan liputan media. Jadi kita berharap reaksi (dari aksi pembakaran Alquran) tidak berlebihan sehingga tidak mengakibatkan atau memicu tindakan kekerasan lainnya," katanya.