Kamis 03 Aug 2023 07:26 WIB

Kritik Pedas Nasrallah: Negara Muslim Lemah Bela Alquran, Bagaimana Mau Bela Al Aqsa?

Nasrallah kritik lemahnya pemimpin negara Islam sikapi pembakaran Alquran

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Sayyed Hassan Nasrallah kritik lemahnya pemimpin negara Islam sikapi pembakaran Alquran
Foto: Bilal Hussein/AP
Sayyed Hassan Nasrallah kritik lemahnya pemimpin negara Islam sikapi pembakaran Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Hingga hari ini, pemberitaan seputar pembakaran Alquran masih menjadi isu yang hangat diperbincangkan di berbagai negara. 

Sekretaris Jenderal Hizbullah Libanon, Hassan Nasrallah, bahkan turut buka suara atas hal tersebut. 

Baca Juga

Nasrallah menilai mereka yang menodai Alquran harus dihukum. Dia juga menggambarkan posisi yang diambil oleh negara-negara Muslim dalam membela Alquran sebagai lemah dan mengecewakan, meski tidak mengherankan. 

"Jika penghinaan itu ditujukan pada seorang raja atau anggota keluarga mereka, mereka akan sangat marah. Tetapi untuk pembakar Alquran, mereka tidak melakukan apa-apa," kata dia dikutip di Middle East Monitor, Kamis (3/8/2023). 

Tidak hanya itu, dia juga menyebut jika para penguasa di dunia Islam kita tidak memiliki keberanian dan semangat untuk membela Alquran, maka bagaimana mereka akan berani mempertahankan tanah mereka, Libanon, atau Masjid Al-Aqsa. 

Aksi warga Kristen Irak, Selwan Momika, yang membakar halaman-halaman Alquran di depan gedung parlemen Swedia di Stockholm baru-baru ini seolah menjadi pemantik huru-hara ini. Sebelumnya, ia juga pernah membakar salinan Kitab Suci di depan sebuah masjid pada hari pertama Idul Adha. Kejadian serupa lainnya berlangsung sepuluh hari lalu di Denmark 

"Kemarin saya menyaksikan orang terkutuk ini (Momika) membakar Alquran. Jika kita bisa mendengar Kitab Suci itu berbicara, ia akan mengatakan 'Apakah tidak ada pendukung yang akan membantu saya?'" ucap dia.

Alquran yang Suci, yang dinodai oleh orang terkutuk, disebut Nasrallah sebagai suatu bentuk penghinaan terhadap satu miliar Muslim di dunia. 

Sejatinya, beberapa negara Islam telah melakukan protes terhadap aksi pembakaran Alquran yang berulang. Beberapa bahkan memanggil duta besar Swedia di negaranya, untuk menyatakan kecaman mereka atas tindakan yang tidak dapat diterima ini.

Negara Irak bahkan dilaporkan mengusir duta besar Swedia. Di sisi lain, Kedutaan Besar Swedia di Baghdad dirusak oleh pengunjuk rasa.  

Sementara itu, Organisasi Kerja sama Islam (OKI) menyuarakan "kekecewaan" atas tanggapan Swedia dan Denmark, Senin (31/7/2023). 

Baca juga: Denmark-Swedia: Situasinya Sudah Berbahaya Sebagai Dampak Aksi Pembakaran Alquran

Hal ini mengacu pada serentetan aksi pembakaran Alquran, yang telah membangkitkan kemarahan di seluruh Timur Tengah.

Sekretaris Jenderal OKI, Hissein Brahim Taha, meminta kedua negara mencegah penodaan Alquran di kemudian hari. Organisasi Islam global ini juga kecewa, karena sejauh ini tidak ada tindakan yang diambil terkait hal tersebut.

"Sangat disayangkan otoritas terkait yang mengklaim kebebasan berekspresi, terus memberikan izin mengulangi tindakan tersebut yang bertentangan dengan hukum internasional. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa hormat terhadap agama,” kata Taha saat memberikan sambutan dalam pertemuan OKI, dikutip di Malay Mail, Selasa (1/8/2023).

OKI, yang beranggotakan 57 negara berbasis di Jeddah, diketahui melakukan sesi virtual luar biasa untuk Dewan Menteri Luar Negeri Negara Anggota (CFM) pada Senin kemarin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement