Rabu 28 Jun 2023 18:36 WIB

BKKBN: Sumsel Jadi Provinsi Terbaik dalam Menurunkan Stunting

Dari angka 24,8 persen pada 2021, kini stunting di Provinsi Sumsel jadi 18,6 persen.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.
Foto: istimewa
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sumatra Selatan (Sumsel) menjadi provinsi terbaik secara nasional dalam upaya penurunan angka stunting. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, pencapaian itu merupakan hasil kerja keras bidan, pemerintah daerah, dan dukungan pihak swasta yang secara berkelanjutan mengedukasi bidan di seluruh Indonesia.

"Hal ini adalah kerja keras kita semua, kolaborasi yang baik antara pemerintah, pihak swasta, termasuk para bidan. Saya sangat mengapresiasi kerja sama yang harmonis ini dan tentunya semua untuk mendorong target penurunan stunting sesuai yang ditetapkan Presiden Joko Widodo," ujar Hasto dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (28/6/2023).

Berbagai pihak terlibat dalam kolaborasi pentahelix untuk mengejar target penurunan stunting sebesar 14 persen pada 2024. Demi terus mengejar target penurunan stunting yang ditetapkan Presiden Jokowi, BKKBN bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk mengedukasi ribuan bidan, salah satunya lewat Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kota Palembang, Sumsel.

Selain Hasto, hadir pula pada kegiatan tersebut Gubernur Sumsel Herman Deru, Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy, dan Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan Nuswil Bernolian. Herman menyampaikan, angka stunting di daerahnya yang pada 2021 di angka 24,8 persen, kini diturunkan sebesar 6,2 persen menjadi 18,6 persen pada 2022.

Hal itu didorong oleh berbagai faktor, seperti kolaborasi lintas sektoral, sanitasi yang baik, pola hidup yang baik dan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). "Penanganan stunting itu tidak hanya tanggung jawab satu instansi, semua punya peran dan tanggung jawab termasuk perusahaan farmasi seperti Dexa Group," kata Herman.

Menurut Herman, kepedulian itu seharusnya terus didengungkan agar semua pihak ikut mengambil langkah konkret. Dia berharap agar Indonesia bisa masuk ke target WHO dengan angka stunting di bawah 20 persen dan presiden sendiri sudah perintahkan target di 14 persen.

Dokter Spesialis Kamdungan dan Kebidanan Nuswil Bernolian, menerangkan, stunting disebabkan oleh faktor multidimensi intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Beberapa di antaranya praktik pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ante natal care dan post natal, kurangnya akses ke makanan bergizi, serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Sementara itu Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy mengatakan, perseroan berkontribusi mengatasi stunting bersama BKKBN, forum komunikasi pimpinan daerah (Forkompinda), dan Ikatan Bidan Indonesia dengan mengedukasi para bidan di Kota Palembang dan sekitarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement