Jumat 16 Jun 2023 14:14 WIB

Ratusan Juta Rupiah Uang Tabungan Siswa SD di Pangandaran tak Bisa Diambil

Total tabungan siswa yang ada di sekolah mencapai sekitar Rp 500 juta - Rp 600 juta. 

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus Yulianto
Tabungan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Tabungan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Sejumlah orang tua siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Cijulang, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, tak bisa mencairkan uang tabungan mereka. Uang tabungan anak mereka disebut tak ada oleh pihak sekolah.

Salah satu orang tua siswa SDN 1 Cijulang yang enggan disebut namanya mengatakan, uang itu ditabung oleh anaknya sejak kelas 1 SD. Hampir setiap harinya, anaknya membawa uang untuk menabung di sekolah.

Namun, ketika anaknya duduk di kelas 4 SD, program menabung itu tak lagi berjalan. "Saat mau diambil, uang tidak ada," kata orang tua yang anaknya baru lulus SD itu, saat dihubungi Republika, Jumat (16/6/2023).

Ia mengklaim, tabungan anaknya di sekolah mencapai Rp 100.600.000. Menurut dia, bukan hanya anaknya yang menabung di sekolah itu. Siswa lainnya pun banyak yang ikut menabung.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, total tabungan siswa yang ada di sekolah mencapai sekitar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta. Bahkan, ada banyak siswa yang sudah lulus dan telah duduk di kelas 3 SMP tak bisa mengambil tabungan karena uangnya tidak ada. "Baru viral saja sekarang," ujar dia.

Dia mengaku, telah meminta uang itu kepada pihak sekolah. Pihak sekolah disebut hanya memberikan informasi bahwa uang ada di Koperasi Tugu Cijulang. Namun, kondisi koperasi itu kolaps, sehingga uang tabungan siswa baru akan dikembalikan setelah bangunan laku dijual.

Menurut dia, kegiatan menabung di sekolah itu memang tak ada paksaan dari guru. Sebagai orang tua, ia tetap mengikuti program itu secara sukarela sekaligus mengajarkan anak menabung.

Selain itu, tabungan itu juga diniatkan untuk meningkatkan pendidikan anaknya. "Kalau tidak nabung, mana bisa punya uang tiba-tiba untuk sekolah anak," kata dia.

Dia menambahkan, saat ini, masalah tabungan siswa itu telah menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran. Ia juga telah ditelepon langsung oleh Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata untuk bersabar selama pemerintah mencarikan solusi.

Namun, dia akan melaporkan kasus itu kepada aparat kepolisian apabila tak kunjung ada kejelasan mengenai masalah itu. "Kalau itu tidak ada kejelasan, mungkin saya akan tempuh jalur hukum. Saya juga minta tolong dikawal oleh media," kata dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kasus tabungan siswa yang tak bisa diambil tak hanya terjadi di SDN 1 Cijulang. Sejumlah siswa di SDN 2 Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, juga mengalami hal serupa.

Di SDN 2 Kondangjajar, terdapat 17 siswa yang menabung di sekolah. Total tabungan para siswa yang diperkirakan mencapai sekitar Rp 112 juta tak dapat diambil oleh orang tua.

Kepala SDN 2 Kondangjajar, yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SDN 1 Cijulang, Nakiju, mengatakan, uang tabungan siswa yang ditanyakan para orang tua tidak hilang. Namun, uang tabungan itu tersimpan di Koperasi Tugu.

"Tapi koperasinya kolaps, sehingga tidak bisa mengembalikan tabungan siswa," kata dia saat dikonfirmasi wartawan.

Dia menambahkan, pihak sekolah sudah berupaya berkomunikasi dengan koperasi. Namun, pihaknya belum menerima jawaban.

Najiku juga tak tahu total tabungan siswa yang belum bisa diambil. "Jadi kami tidak bisa apa-apa. Saya juga menjabat di sini baru setahun," ujar Nakiju.

Sementara itu, perwakilan Koordinator Wilayah (Korwil) Kecamatan Cijulang Bidang Pendidikan, Joko, mengatakan, pengembalian uang tabungan sebagian siswa sebagian sudah dilakukan. Namun, masih ada sejumlah siswa yang belum menerima uang tabungan mereka.

"Nah yang belum itu terkendala karena sebagian besar uangnya di koperasi dan saat ini koperasi sedang kolaps, karena anggota macet," kata dia.

Joko menolak, apabila uang tabungan itu disebut hilang. Hanya saja, pihak koperasi belum bisa mengembalikan uang itu. Namun, pihak koperasi berencana menjual aset untuk mengembalikan uang anggotanya.

"Jadi kalau anggota bayar dan aset laku, baru koperasi bisa bayar sekolah," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement