REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengedukasi para petani untuk mengembangkan kembali budi daya sorgum atau gandrung sebagai salah satu tanaman pangan alternatif pengganti beras yang cocok menghadapi El Nino.
"Sorgum bisa jadi alternatif pangan selain beras, apalagi karakteristiknya yang tidak butuh banyak air dan bisa dibudidayakan di lahan kritis, karenanya HKTI di temu profesi PENAS ini mengangkat soal budi daya sorgum," kata Direktur Eksekutif DPN HKTI Subuh Prabowo dalam keterangan di Jakarta, Selasa (13/6/2023).
Subuh yang hadir dalam acara Temu Profesi PENAS Petani Nelayan XVI di Padang, Sumatera Barat itu menuturkan, selain tidak butuh banyak air, sorgum juga cocok ditanam di lahan kritis sehingga bisa memanfaatkan lahan kritis yang selama ini dibiarkan begitu saja tak termanfaatkan.
"Hal lain yang menarik dari sorgum adalah cukup ditanam satu kali tapi bisa panen tiga kali (diratun), karena setelah dipanen dengan dipotong batang akan tumbuh tunas kembali. Ini menguntungkan," ujarnya pula.
Kendati demikian Subuh menegaskan bahwa sorgum bukan untuk menggantikan beras tapi sebagai alternatif pangan. Jadi, jangan diadu keunggulannya dengan beras.
Dalam kesempatan Temu Profesi HKTI di PENAS tersebut, Ketua DPD HKTI Sumatera Barat yang juga Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Fery Arlius menyampaikan bahwa sorgum memiliki kemampuan menampung air dan minim penguapan sangat cocok untuk menghadapi El Nino.
Sorgum juga bisa tumbuh dan berkembang baik di lahan kritis, jadi tidak menggantikan padi arau tanaman lain yang sudah tumbuh di lahan subur.
"Budi daya sorgum bisa di dataran rendah hingga dataran tinggi (900 mdpl) dengan penanaman dan pemeliharaan sama seperti tanaman Jagung. Sorgum juga adaptif dan tidak memerlukan banyak air, daun dan akarnya bisa menampung banyak air dengan minimal penguapan," katanya lagi.
Senada, Wakil Sekjen DPN HKTI dan pembudidaya sorgum Diana Widiastuti mengatakan bahwa seluruh bagian dari tanaman sorgum memiliki manfaat ekonomi. Bulirnya dibuat untuk pangan alternatif beras, juga pakan ternak. Kemudian daun dan batangnya dijadikan pakan sapi dan kambing. Sedangkan akarnya dapat dimanfaatkan untuk dibuat sapu lantai.
"Semua bagian tanaman sorgum bisa menghasilkan uang, dan cukup sekali menanam untuk 3 kali panen, sangat menjanjikan," ujar Diana.
Diana juga telah sukses membudidayakan sorgum di lahan 10 hektare di bekas lahan tambang Semen Cibinong (Semen Solusi Bangun Indonesia). Ia juga berinovasi kuliner dari sorgum dengan membuat tepung, cookies, gula cokelat, gula cair, dan ice cream.