Kamis 08 Jun 2023 16:46 WIB

Wamenkes: Kita Butuh Bahan Pangan, Bukan Rokok

Menurut Susenas 2021, belanja rokok merupakan pengeluaran terbesar kedua di keluarga.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Reiny Dwinanda
Kampanye berhenti merokok (ilustrasi). Konsumsi rokok dan hasil tembakau mempunyai dampak terhadap sosial ekonomi dan kesehatan.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengutip imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, perlu ada percepatan pengendalian tembakau. Salah satu caranya ialah dengan menyubstitusi lahan pertanian tembakau dengan tanaman yang menjadi sumber pangan dan asupan gizi.

"Imbauan tersebut menjadi sangat berguna, kita butuh bahan pangan, bukan rokok. Imbauan ini sekaligus muncul sebagai latar belakang bagaimana kita mengendalikan suplai rokok yang makin lama makin meningkat," kata Dante saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/6/2023).

Baca Juga

Dante menjelaskan, pihaknya sejauh ini mulai memproyeksikan pengaturan regulasi terbaru untuk produk tembakau baru seperti rokok elektrik. Meski tak memerinci lebih jauh, ia menyebut implementasi aturan baru segera diberlakukan.

"Berbagai macam percepatan tersebut tentu tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak," katanya.

Dante berharap masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam upaya menghentikan penggunaan masif tembakau. Dukungan kian diperlukan, terlebih pihaknya menjanjikan akan bekerja keras demi mencapai zero growth penggunaan tembakau.

Terpisah, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan, konsumsi rokok dan hasil tembakau mempunyai dampak terhadap sosial ekonomi dan kesehatan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 menjelaskan pengeluaran keluarga untuk konsumsi rokok tiga kali lebih banyak daripada pengeluaran untuk kebutuhan protein di keluarga.

"Berdasarkan data tersebut, belanja rokok merupakan belanja terbesar kedua di keluarga dan tiga kali lebih tinggi daripada beli telur," ujarnya.

Rokok, menurut Maxi, jadi persentase pengeluaran keluarga terbesar kedua (11,9 persen), baik di perkotaan maupun di pedesaan. Itu jika dibandingkan dengan pembelanjaan untuk makanan bergizi, seperti telur, daging, dan ayam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement