REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menyoroti kembali polemik yang melibatkan dia dan Muhammadiyah. Menurut dia, perdebatan yang ada di media sosial Facebook awalnya tidak bisa disebut diskusi.
Thomas mengatakan, Facebook tidak bisa menjadi media diskusi mengingat fungsinya hanya sebagai media pertemanan. “Kasus komentar APH di Facebook di luar kendali saya. Apalagi saat itu (21-22 April 2023) saya sedang persiapan Idul Fitri dan mudik, jadi tidak membuka Facebook. Di dalamnya juga banyak komentar yang tidak saya ketahui yang sudah dihapus pemilik akun Aflahal,” kata Thomas dalam keterangannya kepada Republika, Jumat (19/5/2023).
Thomas menjelaskan, debat di Facebook beberapa waktu lalu yang menyeret dia, berbeda dengan ajang diskusi yang memiliki moderator. Sehingga, semua orang di dalam forum daring itu dia sebut bebas menyatakan pendapat, suka maupun tidak.
“Tujuan media sosial saya untuk edukasi publik. Kadang diskusi tidak terhindarkan. Saya sebagai pemilik akun tidak bertindak sebagai moderator. Semua diskusi mengalir begitu saja di antara pengguna facebook,” tutur dia.
Thomas mengingat kembali, dia hanya menanggapi komentar yang bertanya atau hal-hal yang perlu diluruskan. Namun demikian, sebagian besar dia klaim tidak ditanggapi. “Komentar Aflahal yang saya tanggapi, dihapus. Demikian juga diskusi APH dengan Ahmad Fauzan yang memicu pernyataan APH juga sengaja dihapus. Kronologi sebenarnya, dengan semua buktinya, sudah saya sampaikan kepada Bareskrim saat pemeriksaan,” kata dia.
Thomas bantah Muhammadiyah (halaman 2)