Jumat 19 May 2023 09:00 WIB

Partai Politik dan Elite Becerminlah pada Garuda Muda!

Generasi Milenial pada Timnas Garuda Muda mampu melepaskan diri dari kesombongan

Pemain Timnas Sepakbola Indonesia U-22 Ramadhan Sananta (kanan), Pratama Arhan (kedua kanan) dan Beckham Putra (kedua kiri) bersama pemain lainnya tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/5/2023). Timnas Sepakbola Indonesia U-22 bersama sejumlah atlet  lainnya kembali ke Tanah Air usai bertanding pada ajang SEA Games 2023 di Kamboja. Timnas Sepakbola Indonesia berhasil meraih medali emas usai mengalahkan Timnas Thailand dengan skor 5-2 pada babak final SEA Games 2023 Kamboja.  Kemenangan tersebut merupakan sejarah bagi Timnas sepakbola untuk pertama kalinya meraih medali emas setelah penantian selama 32 tahun. Sementara, pada perhelatan pesta olahraga tertinggi se-Asia Tenggara tersebut, Indonesia berhasil keluar menjadi negara peraih medali terbanyak ketiga setelah Vietnam dan Thailand dengan jumlah perolehan medali sebanyak 276 medali, terdiri dari 87  emas, 80 perak dan 109 perunggu.
Foto:

Partai politik dan para elite pimpinan parpol harus belajar dari perjuangan anak anak Garuda Muda generasi Z Indonesia, bagaimana menghilangkan egoisme, feodalisme, dan membangun semangat gotong royong sebagai sebuah bangsa.

Para elite dan pimpinan politik harus meniru bagaimana memeras keringat dan memperpanjang napas mereka demi membangun bangsa dan negara Indonesia. Bukan menikmati hasil keringat dan napas rakyat Indonesia dengan menikmati rente ekonomi sebagai pejabat partai politik.

Melepaskan egoisme dan kesombongan sebagai penguasa politik, melepaskan sifat otoriter dan budaya feodal, gila hormat, mau menang sendiri, apalagi dengan menggunakan kekuasaan untuk menghukum saudara-saudaranya yang berbeda pendapat. 

Sifat tersebut telah ditanggalkan oleh anak-anak muda Garuda Muda. Mereka berjibaku dengan kompak, bergotong royong melepas egoisme kepentingan individu untuk menjadi pemenang. Mereka mempersembahkan kumandang Indonesia Raya, dengan keringat dan napas kolektif yang panjang.

Generasi pemimpin yang sudah uzur, harus rela memberikan estafet kepemimpinan kepada generasi muda, generasi milenial, dan generasi Z. Karena telah terbukti bahwa generasi muda berjuang untuk masa depan mereka, sedangkan generasi tua berjuang untuk mengamankan masa lalunya yang bermasalah! Itulah dua perbedaan yang mencolok yang harus disadari oleh kita semua. 

Oleh karena itu, memasuki tahun politik, para elite pimpinan politik harus menanggalkan kepentingan kelompok, suku, ras, dan agama demi menyeleksi pimpinan nasional, yaitu pemimpin untuk seluruh rakyat Indonesia (bukan pemimpin golongan tertentu saja).

Seperti Garuda Muda, rela memberikan napas dan keringat untuk kepentingan negara dan bangsa tanpa pamrih.

Napas dan keringat tersebut jangan sampai ditukar dengan hasrat kekuasaan, menikmati rente ekonomi sebagai penguasa demi memperkaya diri dan pola hidup hedonistik (suka pamer kekayaan).

 Semoga Indonesia berhasil memiliki generasi emas yang akan mengubah karakter bangsa menjadi bangsa yang ulet, tekun, toleransi, dan tidak egois mementingkan kelompok dan keluarga semata-mata.

Jangan sampai generasi emas menjadi generasi lemas karena mengalami “Salah Asuh” akibat egoisme para elite pemimpin.

Jangan memolitisasi keberhasilan Garuda Muda ini demi kepentingan politik, tetapi sebaliknya kita harus memperkenalkan semangat dan sportivitas Garuda Muda ke dalam politk.

Kita patut becermin pada Garuda muda yang telah mampu mempersatukan emosi bangsa Indonesia dalam denyut nadi kegembiraan bersama. Para elite pemimpin politik juga harus mampu menyatukan emosi solidaritas rakyat Indonesia, dengan membangun kesetaran dalam hukum (equality before the law) bagi seluruh warga negara Indonesia dan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi (inequality). Jangan memberikan tontonan pola hidup yang hedonistik di depan mata rakyat jelata yang bersandal jepit.

 Terima kasih Garuda Muda, kalian telah memberikan cermin keteladanan kepada orang tua kalian. Semoga yang tua masih mampu belajar paling tidak menyadarkan dirinya sendiri.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement