Kamis 11 May 2023 14:07 WIB

Sampah Plastik yang Dibakar Bisa Jadi Sumber Pencemaran Air

Sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta masuk dalam kategori tercemar berat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mengambil sampel air Sungai Gajah Wong di Yogyakarta, Rabu (10/5/2023). Petugas Laboratorium DLH Kota Yogyakarta mengambil sampel air Sungai Gajahwong di lima titik lokasi mulai hulu hingga hilir yang termasuk dalam wilayah Kota Yogyakarta. Sungai yang diambil sampelnya yakni Sungai Gajah Wong, Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai Manunggal karena tercemar berat dengan parameter dominan seperti koliform, fosfat, dan nitrat.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mengambil sampel air Sungai Gajah Wong di Yogyakarta, Rabu (10/5/2023). Petugas Laboratorium DLH Kota Yogyakarta mengambil sampel air Sungai Gajahwong di lima titik lokasi mulai hulu hingga hilir yang termasuk dalam wilayah Kota Yogyakarta. Sungai yang diambil sampelnya yakni Sungai Gajah Wong, Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai Manunggal karena tercemar berat dengan parameter dominan seperti koliform, fosfat, dan nitrat.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta menyebut bahwa hampir seluruh air sumur tercemar bakteri E Coli hingga nitrat. Bahkan, seluruh sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta juga masuk dalam kategori tercemar berat.

Pakar lingkungan dari Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta yang fokus di bidang pengelolaan sampah kantong plastik, Wiwit Probowati mengatakan ada beberapa hal yang mengakibatkan tercemarnya air sumur/air tanah, maupun air sungai. Salah satunya pembakaran sampah plastik

Baca Juga

Dosen Prodi Bioteknologi Unisa Yogyakarta ini menjelaskan bahwa sampah plastik yang hancur akibat dibakar dapat masuk ke dalam tanah. Zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran itu juga dapat mencemari air tanah, dan dapat mencemari air sumur warga.

"Sampah plastik kalau dibakar akan hancur, dan zat kimianya ini yang berbahaya, terutama untuk kesehatan karena banyak sekali zat kimia yang sangat-sangat toxic, terutama BAP, dioksin. Atau sampah hancur karena pasan hujan sampai bertahun-tahun di tanah, ini nanti akan masuk ke dalam aliran air, terutama air tanah, kemudian sumur, ke sumber air itu," kata Wiwit kepada Republika belum lama ini.

Air tanah/air sumur yang sudah tercemar oleh zat kimia dari pembakaran sampah plastik dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi yang mengkonsumsi air tersebut,, apalagi dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Terlebih, di Kota Yogyakarta masih ada warga yang menggunakan air sumur untuk dikonsumsi.

"Inilah yang menyebabkan kesehatan manusia semakin kesini semakin buruk, terutama banyak penyakit-penyakit yang sampai degeneratif, seperti kanker, kemudian mutasi, atau pun sindrom-sindrome lain yang berefek pada genetika manusia," ujar Wiwit.

Sebelumnya, Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup, DLH Kota Yogyakarta, Sutomo mengatakan terus melakukan pengujian terhadap air sumur maupun air sungai di kota Yogyakarta hingga saat ini. Dari beberapa pengujian yang sudah berjalan, ditemukan bahwa hampir seluruh air sumur dan juga sungai di Kota Yogyakarta tercemar, baik itu E Coli dan nitrat.

Pengecekan atau pengujian ini dilakukan dengan melibatkan parameter fisika guna mengetahui warna, rasa, dan bau yang ada di air sumur, serta melihat kualitas air tanah atau air sumur di Kota Yogya yang diharapkan masih dalam kondisi baik.

Selain itu, juga dilakukan pengecekan parameter kimia agar tidak tercemar dari zat berbahaya nitrat. Termasuk dilakukan proses pengecekan dengan parameter mikrobiologi, dan dari hasil yang diperoleh hampir semua sumur di Kota Yogya tercemar oleh bakteri E Coli.

"Hampir semua sumur di Kota Yogyakarta ini tercemar E Coli, ada yang tidak tercemar, tapi sedikit sekali," ujar Sutomo.

Ia menegaskan bahwa bagi warga yang air sumurnya tercemar E Coli, masih dapat dikonsumsi asalkan diproses dengan baik. Artinya, direbus hingga mendidih untuk mematikan bakteri tersebut.

"Kesimpulannya air sumur harus melalui proses untuk dikonsumsi, masih bisa digunakan tapi dengan memasak sampai mendidih baru bisa dikonsumsi. Namun masih banyak warga yang jarang merebus air sebelum digunakan. Harapannya ini bisa diterapkan warga," ujar Sutomo.

Sementara itu, dari pengujian air sumur warga yang dilakukan di Kelurahan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, bahkan ada yang mengandung kadar besi, seng, dan nitrat. Penanggung jawab pengujian air Kelurahan Mantrijeron, Sungadi mengatakan bahwa sudah lebih dari 100 sumur warga yang diuji air sumurnya oleh UPT Laboratorium Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta di kawasan itu. Sedangkan, warga yang mendaftar sudah lebih dari 200.

Dari hasil pengujian yang sudah ada, ditemukan bahwa kualitas air antar sumur warga tidak semuanya sama. Artinya, ada yang tidak tercemar berat, bahkan ada yang tercemar berat.

Pasalnya, ada air sumur warga yang tidak hanya tercemar bakteri E Coli, namun juga terdapat kadar besi, seng dan nitrat. "Semua sumur pasti ada bakterinya, tapi yang jelas ada E Coli. Harusnya baku mutu itu nol, seharusnya tidak ada bakteri E Coli di sumur itu, namun dari pengujian ada yang bakteri E Coli itu itu 100 (mL), ada yang lebih 100 (mL), bahkan kurang dari itu," kata Sungadi yang juga Kasi Pemerintahan Keamanan dan Ketertiban Kecamatan Mantrijeron saat ditemui Republika di Kantor Kelurahan Mantrijeron, Rabu (10/5/2023).

Bagi air sumurnya yang tercemar berat, maka diminta untuk tidak dikonsumsi dan juga disarankan membuat sumur baru. Terutama yang ditemukan kadar besi, seng, hingga nitrat tersebut.

"Kita mengimbau, bila tercemar ini kalau memang banyak mengandung besi dan seng, diharapkan masyarakat untuk mengganti air sumur, menggali atau membuat sumur bor, kalau tidak begitu silakan mendaftar di PDAM," ujar Sungadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement