Kamis 04 May 2023 17:11 WIB

Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Kualat Ulama? Ini Penjelasan Ibnu Asakir     

Islam memuliakan kedudukan ulama karena peran dan tanggung jawab keumatan mereka

Rep: Andrian Saputra / Red: Nashih Nashrullah
Petugas keamanan kantor MUI menangkap pelaku penembakan, Selasa (2/5/2023). Islam memuliakan kedudukan ulama karena peran dan tanggung jawab keumatan mereka
Foto: MUI
Petugas keamanan kantor MUI menangkap pelaku penembakan, Selasa (2/5/2023). Islam memuliakan kedudukan ulama karena peran dan tanggung jawab keumatan mereka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kasus penembakan di kantor MUI pada Selasa (02/05/2023) menambah rentetan teror dan kekerasan terhadap ulama.

Kita masih ingat, kasus penusukan terhadap almarhum Syekh Ali Jaber pada 2020, pemukulan terhadap ustadz Abu Syahid Chaniago di Batam pada 2021, dan sejumlah penyerangan terhadap imam-imam masjid sepanjang 2020-2022, yang dalam beberapa kasus pelakunya sulit terjerat hukum karena divonis  memiliki gangguan kejiwaan. 

Baca Juga

Dan pada kasus yang terbaru, sampai saat ini, publik belum mengetahui motif aksi teror pria asal Lampung yang melakukan penembakan di kantor MUI. Ini menjadi agak sulit sebab pelaku tewas.

Publik pun menanti keterbukaan Polri atas penyebab kematian pelaku yang tewas beberapa saat setelah berhasil diamankan aparat. Jangan sampai kasus teror terhadap para ulama hilang begitu saja tanpa adanya kejelasan.  

Aksi teror pria Lampung di kantor MUI pun gagal total. Sebab aksinya bisa terdeteksi dan digagalkan oleh pihak pengamanan dalam kantor MUI. Dia pun tak berhasil menemui sasaran utamanya, yakni menemui pimpinan MUI. Lebih dari itu, dia justru tewas setelah gagal melancarkan aksi terornya.  

Tapi terlepas dari mengungkap motif pelaku, bahwa teror terhadap para ulama tidak akan pernah berhasil. Darah ulama itu seperti racun. 

Orang-orang yang berupaya menyakiti para ulama baik dengan perkataan, maupun tindakannya pasti kualat, celaka hidupnya di dunia dan akhirat. 

Cepat atau lambat dia akan menerima akibat dari tindakan buruk terhadap ulama. Seperti pelaku penembakan di MUI, yang gagal dan seketika tewas.  

Mengapa berniat, berucap dan berbuat buruk pada ulama membuat kita kualat? Sebab para ulama adalah pewaris nabi yang senantiasa hatinya terpaut kepada Allah SWT. 

Baca jugaP: Shaf Sholat Campur Pria Wanita di Al Zaytun, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Hukumnya

Mereka senantiasa mendapatkan kasih sayang Allah SWT dan perlindungannya. Sebagaimana dalam Tabyin Kadzib Al-Muftari, Ibnu Asakir menjelaskan: 

” واعْلَمْ يَا أخِي، أَنَّ لُحُومَ العُلَماءِ مَسْمُومَةٌ، وَعَادةُ اللهِ في هَتْكِ أسْتَارِ مُنْتَقِصِيهِمْ مَعْلُومَةٌ، لأنَّ الوَقِيعَةَ فِيهِمْ بِمَا هُمْ مِنْهُ بَرَاءٌ أمْرُهُ عَظِيم ٌ، والتَّناوُلُ لأعْراضِهِم بالزُّورِ والافْتِراءِ مَرْتَعٌ وَخيمٌ ، والاختِلاقُ عَلَى من اخْتارهُ اللهُ مِنْهُم لِنَعْشِ العِلْمِ خُلُقٌ ذَمِيمٌ “.

“Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya daging para ulama itu beracun (menggunjingnya adalah dosa besar), dan kebiasaan Allah dalam menyingkap kedok para pencela mereka (ulama) telah diketahui bersama. Karena mencela mereka dengan sesuatu yang tidak ada pada mereka, merupakan petaka besar, dan melecehkan kehormatan mereka dengan cara dusta dan mengada-ada merupakan kebiasaan buruk, dan menentang mereka yang telah Allah pilih untuk menebarkan ilmu, merupakan perangai tercela.”   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement