Selasa 02 May 2023 17:45 WIB

Din Syamsuddin: Penyerangan Terhadap Islam Sistematis dan Tendensius

Din Syamsuddin sebut penyerangan terhadap Islam secara sistematis dan tendensius.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Bilal Ramadhan
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Din Syamsuddin sebut penyerangan terhadap Islam secara sistematis dan tendensius.
Foto: Republika/Prayogi
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Din Syamsuddin sebut penyerangan terhadap Islam secara sistematis dan tendensius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum MUI yang juga Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin menyampaikan keprihatinannya terkait peristiwa penembakan di kantor MUI. Dia menilai bahwa motif tersebut dapat dimungkinkan adanya kebencian terhadap Islam.

"Sungguh memprihatinkan itu terjadi. Patut diduga pelakunya terpapar Islamofobia," kata Din dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (2/5/2023).

Baca Juga

Dia mengatakan, tindakan yang menyasar kantor lembaga (MUI) akan mudah dipahami sebagai motif kebencian terhadap MUI atau Islam. Maka jelas, kata dia, Islamofobia itu ada dan nyata di Indonesia.

Namun demikian dia menekankan bahwa tindakan berupa penyerangan atau perusakan terhadap masjid/mushalla atau tokoh Islam seperti yang terjadi di beberapa tempat terakhir ini dapat dipersepsikan sebagai tindakan sistematis dan tendensius.

Kejadian serupa pernah terjadi berentetan jelang Pemilu/Pilpres 2019 tapi tidak pernah ada pengungkapan yang jelas. "Waktu itu, Mabes Polri hanya menyatakan pelakunya ada orang-orang gila," kata dia.

Untuk itu dia mengatakan bahwa kejadian-kejadian seperti itu menjadi pengingat bagi segenap elemen mengenai peristiwa seputar tahun 1965 dulu saat sering terjadi perusakan masjid dan mushalla, serta penyerangan terhadap ulama dan zuama.

Seperti masa itu, kata dia, bangsa Indonesia saat ini pun sekarang living years dangerously atau hidup pada tahun-tahun bahaya. Maka dia menekankan kepada Polri agar mampu menangkap pelaku penembakan dan mengungkap siapa dalang yang bermain di balik layar.

"Sayang pelakunya tidak dapat diinterogasi karena meninggal atau dianggap gila. Kok orang-orang gila bisa beramai-ramai merusak tempat ibadat ya?" ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement