Sabtu 29 Apr 2023 16:27 WIB

Kereta Cepat Jakarta Bandung Jadi Transportasi yang Bebas Emisi

Kereta cepat Jakarta Bandung moda transportasi ramah lingkungan.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Erdy Nasrul
Kereta Cepat Jakarta Bandung saat ditinjau oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan sejumlah wartawan, di Stasiun Tegal Alur, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/1/2023).
Foto: Republika/Nur Hasan Murtiaji
Kereta Cepat Jakarta Bandung saat ditinjau oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan sejumlah wartawan, di Stasiun Tegal Alur, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kereta Api Cepat Jakarta Bandung akan menjadi moda transportasi yang ramah lingkungan karena dalam operasionalnya akan menggunakan sumber daya listrik. Dengan sumber energi listrik, KCJB turut serta menekan emisi CO2 karena penggunaan bahan bakar dari energi yang lebih bersih.

General Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry mengatakan penggunaan energi listrik pada layanan KCJB diharapkan mampu mengurangi emisi karbon di wilayah yang dilalui dari Jakarta hingga Bandung.

Baca Juga

"KCJB turut serta dalam kelestarian lingkungan melalui penggunaan energi listrik dalam operasionalnya. Pasalnya, polusi yang dihasilkan dari kereta api dengan bahan bakar listrik adalah nol atau tidak ada sama sekali jika dibandingkan dengan kereta api bertenaga diesel," ujar Rahadian dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (29/4/2023).

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Departement for Transport Britania Raya (DfT), karbon per mil penumpang dari kereta listrik lebih rendah hingga 35 persen dibandingkan kereta diesel. Rahadian menyebut hal ini merupakan bukti salah satu sumbangsih dan manfaat kehadiran KCJB di Indonesia. Hal tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada konferensi G20 yang mana Indonesia turut berkontribusi dalam menangani perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan.

"Untuk mengoperasikan KCJB, stasiun, dan seluruh peralatan yang terpasang di trase KCJB dari Halim hingga Tegalluar, dibutuhkan kekuatan hingga 246,3 MVA. Untuk KCJB itu sendiri, tenaga listriknya akan disalurkan melalui jaringan Listrik Aliran Atas atau Overhead Catenary System (OCS)," ucap Rahadian.

Jelang pengoperasian KCJB, lanjut Rahadian, pemasangan OCS sudah hampir selesai seluruhnya. Progres pemasangan OCS dari Stasiun KA Cepat Halim hingga Stasiun KA Cepat Tegalluar sudah mencapai di atas 80 persen seluruhnya. Bahkan untuk ruas Padalarang hingga Stasiun Tegalluar pemasangannya telah mencapai 100 persen.

Rahadian mengatakan KCIC akan terus mengawal jalannya pemasangan OCS agar sesuai dengan standar keselamatan dan keamanan serta terus berkoordinasi dengan seluruh stakeholder. Tujuannya agar KCJB dapat segera dioperasikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

"Saat ini KCIC bersama seluruh kontraktor sedang melakukan percepatan pemasangan OCS di beberapa stasiun, depo, dan ruas tertentu. Ini adalah komitmen kami untuk bergegas menyelesaikan to do list yang masih ada jelang operasional KCJB," kata Rahadian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement