Jumat 21 Apr 2023 10:09 WIB

Khatib Shalat Idul Fitri: Perbedaan Adalah Rahmat

Perbedaan tidak harus berujung kepada perpecahan apalagi kepada permusuhan.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Ribuan jamaah Muhammadiyah melaksanakan shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Lapangan Lodaya, Kota Bandung, Jumat (21/4/2023).
Foto: M Fauzi Ridwan
Ribuan jamaah Muhammadiyah melaksanakan shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Lapangan Lodaya, Kota Bandung, Jumat (21/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ribuan jamaah Muhammadiyah menggelar shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Lapangan Lodaya, Kota Bandung, Jumat (21/4/2023) pagi dengan imam dan khatib Dr Hajar Sanusi. Mereka datang dari berbagai daerah di wilayah Bandung Raya.

Dalam ceramah Idul Fitri, Dr Hajar Sanusi menyinggung tentang perbedaan pelaksanaan shalat Idul Fitri 1444 Hijriah antara yang tanggal 21 April dan yang tanggal 22 April. Ia menilai perbedaan tersebut merupakan rahmat.

"Tentu saja antara kita dengan saudara kita lain ada sedikit perbedaan dalam merayakan Idul Fitri, semua lantaran perbedaan kriteria dalam menentukan bulan baru. Satu dengan kriteria wujudul hilal, dan dengan rukyatul hilal," ujarnya di hadapan jamaah.

Namun begitu, perbedaan yang ada ia menilai adalah sebuah rahmat. Perbedaan tidak harus berujung kepada perpecahan apalagi kepada permusuhan.

"Buat kita perbedaan tidak perlu menjadi perpecahan apalagi permusuhan dan persengketaan. Dalam Islam perbedaan pendapat diberikan ruang sangat besar. Rahmat bagi umat pada umumnya dalam perbedaan pendapat di kalangan ulama," katanya.

Ia melanjutkan perbedaan dalam pelaksanaan Idul Fitri harus menjadi momentum untuk merekatkan tali persaudaraan. Dr Hajar Sanusi mengatakan Idul Fitri yang bermakna kembali ke fitrah yaitu kembali kepada sifat otentik insani.

"Idul Fitri berarti kembali kepada

keadaan bersih dari dosa dan kekhilafan.  Lantaran kita, Insya Allah telah mendapatkan amnpunan dari Allah SWT," katanya.

Ia mengatakan berdasarakan keterangan Ibnu Abbas RA maka Idul Fitri dapat dimaknai kembalinya kaum muslim kepada kesucian, bebas dan segala dosa dan kekhilafan. Oleh karena itu tugas selanjutnya adalah merawat kesucian hingga bulan Ramadhan yang akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement