Senin 10 Apr 2023 15:47 WIB

Erick Thohir: Sanksi 2015, Tragedi Kanjuruhan, Piala Dunia U-20, Cambuk Sepak Bola Kita

Erick nilai perbaikan sepak bola Indonesia tak bisa ditempuh dengan cara-cara biasa.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Endro Yuwanto
Ketua Umum PSSI Erick Thohir berbicara soal pertemuan dengan FIFA belum lama ini.
Foto: Dok. PSSI
Ketua Umum PSSI Erick Thohir berbicara soal pertemuan dengan FIFA belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Ketum PSSI) Erick Thohir mengatakan, FIFA percaya dengan proses transformasi sepak bola Indonesia. Hal ini yang menjadi dasar kuat bagi FIFA untuk tidak memberikan sanksi berat bagi Indonesia pasca-gagal menggelar Piala Dunia U-20 2023.

"Kita harus mengambil pelajaran dari peristiwa 2015 (saat terkena sanksi berat FIFA), Tragedi Kanjuruhan, hingga yang terbaru (Piala Dunia U-20)," ujar Erick di Jakarta, Ahad (9/4/2023).

Baca Juga

Erick menegaskan pembenahan di segala lini menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar, baik dari iklim kompetisi, transformasi suporter, dan perwasitan nasional. Namun sayangnya, ia masih mendengar kabar negatif tentang sepak bola dalam negeri.

"Saya dapat banyak laporan saat di luar negeri kemarin, isu dari suporter masih ada lagi kemarin, isu wasit saya sudah di-WA lagi, ini wasit kayaknya ada yang 'main'. Perwasitan nasional kalau enggak bersih, saya sikat," ucap mantan Presiden Inter Milan tersebut.

Erick sejak awal terpilih sebagai Ketum PSSI telah memperingatkan untuk tidak main-main dalam isu pengaturan skor. Erick mengaku akan memberikan tindakan tegas bagi individu yang terlibat dalam pengaturan skor.

Pria kelahiran Jakarta itu berharap tiga peristiwa besar, yakni kasus 2015, tragedi Kanjuruhan, dan Piala Dunia U-20 menjadi cambuk bagi sepak bola Indonesia untuk berubah. Ia menilai perbaikan sepak bola Indonesia tidak bisa ditempuh dengan cara-cara yang biasa, melainkan harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

"Tidak mungkin dengan kejadian ini, kita tetap seperti biasa, yang mana kerusuhan masih ada, 'permainan' masih ada, mau ke mana sepak bola kita. Katanya mayoritas masyarakat suka bola, tapi bagaimana kalau ini terus dicederai," lanjut Erick.

Erick mengajak seluruh pihak untuk tidak saling menyalahkan dan saling bekerja sama dalam membangun kembali sepak bola Indonesia yang bersih dan profesional. Pria 52 tahun itu meyakini seluruh pihak mempunyai mimpi yang sama, yakni sepak bola Indonesia yang mendunia.

"Kalau selalu berdebat ini-itu, semua sudah terjadi. Ini pelajaran buat kita tapi jangan saling menyalahkan, masa depan sepak bola tidak satu-dua bulan ini, saya punya komitmen untuk terus perbaiki," kata Erick menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement