Ahad 23 Apr 2023 00:20 WIB

Kabupaten Tanggamus Kembangkan Kakao Sebagai Komoditas Unggulan

Kakao menguntungkan bagi petani setempat, selain kopi yang memang sudah terkenal.

Petani mengeringkan biji kakao yang telah difermentasi (ilustrasi). Pemkab Tanggamus terus mengembangkan kakao sebagai komoditas unggulan, menyusul pengembangan kopi di daerah setempat.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani mengeringkan biji kakao yang telah difermentasi (ilustrasi). Pemkab Tanggamus terus mengembangkan kakao sebagai komoditas unggulan, menyusul pengembangan kopi di daerah setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGGAMUS -- Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung Dhani Riza mengatakan, Pemkab Tanggamus terus mengembangkan kakao sebagai komoditas unggulan, menyusul pengembangan kopi di daerah setempat.

"Ada komoditas yang akan kami kembangkan di Tanggamus seperti kakao. Memang komoditas unggulan yang pertama adalah kopi, tapi kami juga akan mengembangkan kakao di Tanggamus," kata Dhani.

Baca Juga

Menurut dia, selain kopi yang memang unggulan di kabupaten itu, kakao juga tumbuh subuh di wilayah ini. "Kakao ini bisa menjadi yang menjanjikan dan menguntungkan bagi petani setempat, selain kopi yang memang sudah terkenal," kata dia lagi.

Dhani menyebutkan, masa panen kakao tersebut terbilang cepat dibandingkan tanaman kopi dan memiliki nilai ekonomi yang lumayan tinggi. Sehingga kakao ini memang layak untuk menjadi komoditas unggulan baru di Tanggamus yang harus dikembangkan dengan baik.

Saat ini, lanjutnya, di hampir seluruh kecamatan di Tanggamus sudah menjadi sentra penghasil kakao dan sudah dijadikan sebagai wilayah pembuatan peta kebun kakao. Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Cukuh Balak, Talang Padang, Wonosobo, Pugung, Pulau Panggung, Sumberejo, Ulu Belu, Pematang Sawa, Kelumbayan, Semaka, Kota Agung, Kota Agung Timur, Kota Agung Barat, Gisting, Gunung Alif, Limau, Air Naningan, Bandar Negeri Semuong, Kelumbayan Barat, dan Kecamatan Bulok.

Lebih lanjut ia mengatakan harga kakao di Tanggamus saat ini bisa mencapai Rp 24 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram yang terbagi dalam dua golongan yaitu kakao yang kualitas bagus dan kualitas biasa. Kabupaten itu telah memproduksi 7,167 ton dalam setahun dan dipasarkan ke pasar lokal maupun luar kota.

Dhani menyebut luas areal kakao mencapai 13.670 hektare yang terdiri dari 71 hektare lahan belum menghasilkan, 12.595 hektare tanaman sudah menghasilkan, dan tanaman rusak seluas 1.004 hektare.

Ia menyebut kakao adalah jenis tanaman perkebunan yang sangat populer dengan olahannya yang terkenal seperti cokelat.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement