REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI - Kementerian Ketenagakerjaan RI bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Pemagangan Luar Negeri (AP2LN) dan agensi penyalur tenaga kerja di Jepang, Joe Cooperative memberangkatkan 160 peserta magang ke Negeri Sakura Jepang.
"Pemberangkatan bertahap, dimulai 5 April sampai Agustus mendatang," kata Ketua Umum AP2LN Firman Budiyanto di sela seremonial pelepasan peserta pilot project IJC Program di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Bekasi, Senin (20/3/2023).
Ratusan peserta yang diberangkatkan ini merupakan rekrutan sejak Oktober 2022 di lima balai latihan kerja milik Kementerian Ketenagakerjaan antara lain di Bekasi, Medan, Padang, Makassar dan Semarang.
Sebelum berangkat, mereka telah menjalani pelatihan kompetensi hingga bahasa selama empat bulan di balai milik Kementerian Ketenagakerjaan.
"Ini merupakan angkatan pertama peserta magang yang diinisiasi oleh AP2LN bekerja sama dengan JOE Cooperative dan Kementerian Ketenagakerjaan. Tahun ini kami membuka kuota hingga 240 peserta, target akhir tahun sudah ada yang diberangkatkan," kata Budiyanto.
Dia memastikan peserta magang ke Jepang tidak dibebankan biaya selama pelatihan baik di BLK, lembaga pengirim di bawah AP2LN, hingga pelatihan lanjutan Training Center milik JOE Cooperative di Jepang. Biaya ditanggung oleh pemerintah Indonesia dan perusahaan tujuan bekerja.
"Anak-anak itu diberangkatkan dengan biaya nol, kalau pun ada itu untuk keperluan pribadi," katanya.
Ia juga memastikan kelengkapan fasilitas yang diberikan kepada peserta magang di sana mulai dari tempat tinggal gratis berikut perlengkapan, hingga gaji sesuai upah minimum di Jepang. Jika dirupiahkan senilai Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan dengan kontrak magang satu sampai tiga tahun.
Representative of Supervising Organization JOE Cooperative Kitazawa Tomoko, mengatakan lembaganya memiliki sekitar 4.000 perusahaan sebagai mitra yang siap menerima tenaga kerja asal Indonesia.
Untuk tahap pertama sebagai pilot project, 160 peserta magang akan disalurkan ke 50 perusahaan.
"Sebagian besar pabrik manufaktur di Jepang, ada elektronik, otomotif, permesinan, pengelasan, pengecatan (elektronik), dan pengolahan makanan," ucapnya.
Ia menilai, pekerja Indonesia di Jepang memiliki etos kerja tinggi, rajin, jujur, patuh, dan ramah, serta murah senyum. Peserta magang juga mendapatkan fasilitas liburan, mengikuti perayaan kebudayaan di Jepang dan lain.
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas pada Kementerian Ketenagakerjaan Budi Hartawan mengatakan program magang ke Jepang ini merupakan program lanjutan yang telah diselenggarakan pemerintah sejak tahun 1993. Ia mencatat sudah ada 98.350 peserta.
"Pemagangan adalah bagian dari latihan kerja, kita kirimkan ke sana dengan kurikulum tertentu untuk belajar mengenai skill yang ada di Jepang," ujarnya.
Diharapkan setelah pulang, peserta magang mengimplementasikan dan mengaplikasikan untuk membangun perusahaan-perusahaan di Indonesia.
"Kenyataannya, sudah banyak alumni magang bikin perusahaan besar, kisah sukses ini memacu kita untuk terus membuka program magang," kata dia.