Ia menjelaskan inflasi gabungan dua kota di Sumatera Barat pada Februari 2023 didorong oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi mencapai 0,69 persen mtm dengan andil inflasi 0,22 persen. Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau bersumber dari peningkatan harga komoditas cabai merah, ikan cakalang/ikan sisik, rokok kretek filter, kentang, dan minyak goreng yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,25 persen; 0,07 persen; 0,03 persen; 0,03 persen; dan 0,03 persen.
Kenaikan harga bahan pangan secara umum didorong oleh terbatasnya pasokan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif. Komoditas rokok kretek filter mengalami kenaikan harga didorong oleh berlanjutnya kebijakan kenaikan Cukai Harga Tembakau sebesar 10 persen pada awal tahun 2023. Sementara peningkatan harga komoditas minyak goreng didorong oleh turunnya pasokan dari produsen.
Tekanan inflasi yang lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi sebesar minus 0,80 persen dengan andil minus 0,12 persen. Disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara. Turunnya tarif angkutan udara diantaranya dipengaruhi oleh turunnya harga Avtur yang disertai dengan normalisasi permintaan di awal tahun.
Kelompok kesehatan dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga juga mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,06 persen mtm. Beberapa komoditas bahan pangan di antaranya daging ayam ras, petai, dan telur ayam ras juga mengalami deflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,18 persen; 0,02 persen; dan 0,02 persen.
"Deflasi pada kelompok tersebut didukung oleh meningkatnya ketersediaan pasokan di pasar," ujar Endang.