Jumat 03 Mar 2023 06:25 WIB
Lipsus Himbara

Ramai-ramai Cetak Lonjakan Laba

Laba yang ditorehkan berkat kinerja solid dengan tingkat pertumbuhan relatif tinggi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga bertransaksi di ATM Link Himbara, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (2/6/2021). Bank pelat merah sukses mencetak laba pada 2022 sekaligus menegaskan proses pemulihan dari efek pandemi Covid-19.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warga bertransaksi di ATM Link Himbara, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (2/6/2021). Bank pelat merah sukses mencetak laba pada 2022 sekaligus menegaskan proses pemulihan dari efek pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, Bank pelat merah sukses mencetak laba pada 2022 sekaligus menegaskan proses pemulihan dari efek pandemi Covid-19. Laba yang ditorehkan berkat kinerja solid dengan tingkat pertumbuhan relatif tinggi.

PT Bank Mandiri Tbk membukukan laba bersih Rp 41,2 triliun sepanjang 2022. Laba perseroan tumbuh 46,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy) sehingga memperkuat permodalan bank untuk melakukan ekspansi bisnis, terutama mendukung fungsi intermediasi dalam menyalurkan kredit.

Baca Juga

"Kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makroekonomi yang membaik, didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian," kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam konferensi pers virtual Paparan Kinerja Kuartal IV 2022 Bank Mandiri di Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Darmawan menuturkan pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan kinerja yang solid sepanjang 2022 juga ditunjang strategi bisnis yang konsisten kepada segmen potensial dan proses optimalisasi digital sehingga tingkat efisiensi perseroan meningkat dan mendorong pertumbuhan volume bisnis pada semua segmen serta rasio dana murah (current account and saving account/CASA) Bank Mandiri tahun 2022.

Total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh positif 15,46 persen (yoy) dari Rp 1.291,2 triliun di akhir 2021 menjadi Rp 1.490,8 triliun di akhir 2022 yang diitopang oleh peningkatan dana giro serta tabungan yang naik masing-masing 31,2 persen dan 13,5 persen (yoy).

Ekspansi digital juga berkontribusi positif terhadap rasio CASA Bank Mandiri secara bank only di akhir 2022 yang kini mencapai 77,64 persen atau naik 365 basis poin (bps) (yoy) melampaui rata-rata industri perbankan.

Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) juga membukukan kinerja positif sepanjang 2022. Dari sisi bottom line, BRI mencetak laba bersih Rp 51,4 triliun, tumbuh signifikan 67,15 persen dibandingkan periode yang sama 2021. 

Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, pertumbuhan laba yang signifikan ini utamanya ditopang keberhasilan efisiensi. "BRI berhasil menekan biaya dana (CoF) melalui perbaikan funding structure serta peningkatan dana murah (CASA)," kata Sunarso, Rabu (8/2/2023).  

Sunarso memaparkan, BRI berhasil meningkatkan CASA menjadi 66,70 persen dari periode yang sama 2021 sebesar 63,08 persen. Hal ini berdampak pada penurunan biaya dana dari semula 2,05 persen di akhir 2021 menjadi hanya 1,87 persen di akhir 2022.

Keberhasilan efisiensi juga tecermin dari Rasio Biaya Operasional (BOPO), Cost Efficiency  Ratio (CER)dan juga Cost to Income Ratio (CIR) yang membaik dibandingkan periode sama 2021. BOPO tercatat 69,10 persen, membaik dari 78,54 persen, CER juga membaik dari sebelumnya 50,25 persen menjadi 48,16 persen. Sementara CIR membaik dari 48,56 persen menjadi 47,38 persen.

"Data ini menunjukkan artinya BRI semakin efisien," tegas Sunarso. 

Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan perseroan. BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78 persen menjadi 2,55 persen. 

Faktor selanjutnya yang menopang pertumbuhan laba yakni pendapatan berbasis komisi atau fee base income yang tumbuh double digit sebagai dampak dari transformasi digital. Pendapatan ini berkontribusi secara masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mampu membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 18,31 triliun. Angka itu tumbuh 68 persen year on year (yoy). Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan, perolehan laba tersebut tertinggi sepanjang sejarah BNI.

"Kinerja ini terwujud melalui kerja keras seluruh insan BNI dalam menjalankan kebijakan strategis yang ditetapkan, di tengah periode pemulihan ekonomi 2022 serta upaya memastikan agenda transformasi perusahaan terus berjalan sesuai blueprint," ujarnya dalam paparan kinerja secara virtual, Selasa (24/1/2023).

Ia melanjutkan, total kredit yang disalurkan pada tahun lalu pun di atas ekspektasi yaitu mencapai Rp 646,19 triliun atau tumbuh 10,9 persen. Angka itu di atas target awal perusahaan yang sebesar 7-10 persen.

Pertumbuhan kredit tersebut dibarengi dengan Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8 persen. "Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur," jelasnya.

Dari sisi likuiditas, lanjut Royke, BNI mencatatkan pertumbuhan CASA kuat sebesar 10,1 persen (yoy). Pertumbuhan itu dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliable.

Lalu pertumbuhan pendapatan tanpa komisi atau FBI pun tercatat sebesar 8,7 persen (yoy) menjadi Rp 14,8 triliun. Hal itu dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan FBI guna mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast sejalan dengan tren menurunnya transaksi transfer antar bank.

"BNI secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi value-added bagi nasabah. Contohnya di retail banking, fitur bill payment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp 300 miliar ke pendapatan, atau tumbuh 18 persen (yoy)," jelasnya.

Selain itu, di segmen Business Banking, BNI aktif memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp 1 triliun ke pendapatan nonbunga, atau naik 100 persen dibandingkan tahun lalu. Hasil kinerja tersebut berdampak pada Pre-provisioning Operating Profit (PPOP) yang dibukukan sebesar Rp 34,4 triliun atau tumbuh 10,8 persen (yoy).

Royke menjelaskan, upaya perbaikan kualitas kredit melalui kebijakan perkreditan yang efektif mampu menekan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 90 bps secara tahunan menjadi 2,8 persen.

"Pertumbuhan PPOP yang kuat dan diikuti perbaikan kualitas aset ini membuat kami mampu menutup 2022 dengan capaian menggembirakan. Laba bersih ini tertinggi sepanjang sejarah dan berada di atas ekspektasi pasar," jelas dia.

Terakhir, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berhasil mencetak laba bersih positif hingga Rp 3,04 triliun sepanjang 2022. Laba tersebut tercatat naik 28,15 persen dibandingkan periode 2021 lalu yang sebesar Rp 2,37 triliun.

Direktur Utama BTN, Haru Koesmahargyo, mengatakan, kenaikan laba selama tahun lalu tidak lepas dari disumbang dukungan besar pemerintah dalam mendorong penyediaan rumah rakyat yang layak huni dan terjangkau di Indonesia. Itu secara langsung turut menjaga stabilitas bisnis perseroan.

Di sisi lain, dukungan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan peningkatan alokasi dana untuk perumahan subsidi, turut menjadi dukungan kuat bagi BTN sebagai pemain utama dalam sektor kredit perumahan.

“Kami terus berupaya untuk terus memberikan hasil terbaik di tengah situasi ekonomi yang kondusif ini. Tujuannya, agar kami dapat terus mendukung pemerintah dalam memberikan akses pembiayaan yang terjangkau dan layak huni bagi masyarakat Indonesia,” kata Haru dalam Konferensi Pers Kinerja 2022 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).

Lebih lanjut, Haru menambahkan, peningkatan laba juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan.

Laporan keuangan perseroan mencatat kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53 persen dari Rp 274,83 triliun menjadi Rp 298,28 triliun per 31 Desember 2022.

Sementara itu, kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis BTN. Secara total, KPR di BTN tumbuh 9,23 persen menjadi Rp 233,68 triliun per 31 Desember 2022.

Lebih detail, KPR subsidi tumbuh 11,61 persen menjadi Rp 145,86 triliun pada akhir 2022. "Dengan kinerja tersebut, Bank BTN tercatat masih memimpin pasar KPR subsidi dengan pangsa sebesar 83 persen," kata dia.

Di samping akselerasi pada kredit, Bank BTN juga berhasil meningkatkan DPK sebesar 8,77 persen dari Rp 295,97 triliun menjadi Rp 321,93. Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah atau CASA perseroan sebesar 19,13 persen menjadi Rp 156,2 triliun pada akhir Desember 2022.

Dengan peningkatan tersebut, biaya dana atau cost of fund perseroan turun 53 basis poin (bps) dari 3,13 persen pada akhir 2021 menjadi 2,60 persen.

Sementara itu, penurunan biaya dana juga ikut mengerek turun beban bunga (interest expense) hingga 14,94 persen pada akhir tahun lalu. Dengan kinerja positif kredit dan DPK, aset bank yang berfokus pada pembiayaan rumah rakyat juga naik 8,14 persen dari Rp 371,86 triliun menjadi Rp 402,14 triliun per 31 Desember 2022.

“Pertumbuhan bisnis tersebut juga diimbangi dengan penguatan modal, perbaikan kualitas serta peningkatan pencadangan, sehingga bisnis Bank BTN diharapkan terus tumbuh berkelanjutan,” kata Haru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement