Rabu 22 Feb 2023 13:05 WIB

Mencari Solusi Atasi Minimnya Dokter Spesialis di NTB

Masyarakat butuh layanan kesehatan 24 jam, artinya jumlah dokter pun harus bertambah.

ilustrasi dokter. Masyarakat NTB berharap jumlah dokter spesialis bertambah agar pelayanan kesehatan di NTB lebih baik.
Foto: istimewa
ilustrasi dokter. Masyarakat NTB berharap jumlah dokter spesialis bertambah agar pelayanan kesehatan di NTB lebih baik.

REPUBLIKA.CO.ID, Hamdani Wathoni yang akrab dipanggil Toni kehilangan istrinya pada 2020 silam. Istrinya meninggal dunia setelah sempat dirawat di RSUP Sanglah, Bali. Meninggal jauh dari tempat tinggalnya di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

"Akhirnya selama lima hari dirawat, kondisi istri saya terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia pada Mei 2020," kisahToni yang berasal dari Kebun Ayu, Kabupaten Lombok Barat.

Baca Juga

Bapak satu anak ini menceritakan, akibat keterbatasan fasilitas, sarana, dan prasarana, serta dokter spesialis yang ada di rumah sakit di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), memaksanya membawa istrinya berobat ke RSUP Sanglah Denpasar, Bali.

Pada sekitar Maret 2020, istrinya divonis menderita penyakit lupus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Lupus (SLE) dapat memengaruhi sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.

Selama pengobatan di RSUP NTB hampir tiga bulan, pelayanan dan fasilitas di RSUP NTB sangat baik sehingga kondisi istrinya sempat mulai pulih dan normal. Bahkan ia dan pihak keluarga memiliki harapan besar istrinya akan sehat kembali seperti sedia kala.

"Bagian badannya yang bengkak-bengkak juga sudah normal," kata Toni.

Akan tetapi untuk tahap pemulihan akhir stadium SLE, tutur Toni, semua dokter spesialis dan komunitas SLE di RSUP NTB menyarankan agar melakukan perawatan stadium akhir diRSUP Sanglah. Setelah berembuk dengan keluarga, istrinya setuju dibawa berobat karena semangatnya yang besar untuk kembali sehat. Jadi Toni putuskan berangkat bersama istri dan ibunya.

Namun demikian, melakukan pengobatan ke luar daerah tidak semudah di daerah sendiri. Apalagi RS Sanglah, Bali, sebagai rumah sakit rujukan menangani banyak pasien dari berbagai daerah di Indonesia terutama di Indonesia bagian timur.

Proses administrasi juga butuh waktu lama, belum lagi saat masuk UGD dan ruang perawatan.Setelah mendapatkan ruang perawatan, istrinya akhirnya bisa dirawat intensif. Namun, karena lokasi perawatan jauh dari keluarga--ketika dibutuhkan donor darah--, prosesnya lama karena di sana tidak ada keluarga dekat yang bisa dihubungi.

Karena itu, ia berharap agar Pemprov NTB dapat menambah dokter spesialis untuk penyakit kronis sehingga pasien dapat ditangani di daerah dan tidak dirujuk berobat ke luar daerah. Bagi Toni, keputusan melakukan pengobatan ke luar daerah merupakan keputusan berat, tapi demi harapan sembuh mau tidak mau harus dicoba sebagai bagian ikhtiar.

Terkait dengan itu, ia tidak ingin apa yang dialaminya terulang lagi pada pasien penyakit kronis lainnya. Untuk itu, dia berharap pemerintah daerah dapat meningkatkan fasilitas dan menambah dokter-dokter spesialis di setiap rumah sakit.

Semakin lengkap semakin bagus. Jadi, pasien dengan penyakit-penyakit kronis seperti jantung, kanker, strok, lupus, dan lainnya bisa ditangani di daerah. Di samping itu, keluarga pasien juga tentu membutuhkan tambahan biaya hidup yang tidak sedikit ketika dirujuk berobat ke luar daerah.

"Kalau perawatan dan obat-obatan, sebagian besar memang ditanggung BPJS, tapi kita perlu siapkan biaya makan dan sewa tempat tinggal sementara. Dulu untuk sewa, saya bayar Rp 1 juta satu bulan," kata dia.

Di sisi lain, Toni saat ini bersyukur kalau status RSUP NTB kini sudah naik menjadi tipe A. Dengan demikian, layanan, fasilitas, sarana, dan prasarana akan meningkat. "Dokter-dokter spesialis tentunya juga akan ditambah dan lebih banyak lagi," katanya.

Akan tetapi, bagi Imah (30 tahun), warga Perumnas Praya, jumlah dokter spesialis di RSUD Praya masih kurang. Hal itu dibuktikan ketika ia tiba-tiba mengalami sakit telinga pada malam hari. Namun ketika ingin berobat ke rumah sakit, dokter spesialis tidak ada pada malam hari.

"Poli pelayanan THT hanya buka pagi hari, sehingga jika ada penambahan dokter spesialis, maka pelayanan bisa maksimal," kata dia.

Pemerintah diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan menambah fasilitas maupun jumlah dokter spesialis di rumah sakit.

Masyarakat butuh pelayanan kesehatan 24 jam. Artinya harus ada penambahan jumlah dokter di semua rumah sakit.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement