REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Provinsi Jawa Tengah (Jateng) berhasil menurunkan angka kehamilan di usia di bawah 19 tahun dan kematian bayi lebih rendah di bawah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo, dengan hasil ini, program yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam menangani AKI (Angka Kematian Ibu) dan stunting bisa dicontoh daerah lain.
Hal tersebut disampaikan Hasto dalam sambutannya di acara Rapat Kerja Daerah dengan tajuk Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Jateng, di Hotel Santika, Senin (13/2/2023). Dalam laporannya, saat ini Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa), termasuk perkawinan dini di Jawa Tengah, berada di bawah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Angka kehamilan pada usia 15 tahun hingga 19 tahun di Jawa Tengah itu sebanyak 23 per seribu. Lebih rendah dibandingkan Jawa Barat yakni 24 per seribu. Sedangkan di Jawa Timur ada 31 per seribu. Kemudian angka kematian bayinya juga bagus, 12 per seribu dan angka kematian balitanya juga Jawa Tengah ada 14 per seribu. "Inilah prestasi Jawa Tengah saya kira terasa bahwa jumlah yang meninggal juga menurun,” paparnya.
Capaian itu adalah hasil dari keberhasilan Program Jo Kawin Bocah dan Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng). Melalui program ini terbukti Jawa Tengah berhasil menurunkan angka perkawinan dini dan AKI lebih rendah dari provinsi besar lain seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.
“Programnya Pak Ganjar ini luar biasa, karena se- Pulau Jawa ini yang paling tidak kawin bocah adalah di Jawa Tengah untuk provinsi yang besar. Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) juga bagus, terbukti berhasil mengurangi jumlah AKI di Jawa Tengah. Inilah prestasi Jawa Tengah,” tutur Hasto dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (14/2/23).
Namun terkait stunting, Hasto menyebutkan bahwa berdasarkan data SSGI mengatakan saat ini penurunannya belum signifikan. Namun ia berpesan untuk tidak khawatir karena indikator-indikator yang lainnya bagus.
"Saya optimistis mudah-mudahan di tahun 2023 akhir kita doakan Jawa Tengah turun stunting dengan signifikan,” katanya.
Dalam acara ini diserahkan juga DAK Fisik dan BOKB (Bantuan Operasional Keluarga Berencana) dari BKKBN kepada Bupati dan Wakilota Se-Jawa Tengah. Penyerahan dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang didampingi oleh Kepala BKKBN RI dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen.
Gubernur Ganjar Pranowo dalam arahannya mengatakan, mengatasi stunting tidak boleh setengah-setengah. Apalagi Dana Alokasi Khusus untuk penanganan stunting sudah diserahkan ke daerah. Ia menyebutkan di beberapa daerah, misalnya di Brebes, di Banyumas Raya yakni Cilacap dan Kebumen, masih menjadi perhatian.
Penanganan stunting juga akan disatukan dengan program pengentasan kemiskinan, mengingat isu stunting bukan isu tunggal, sehingga harus dibarengi dengan penanganan kemiskinan.
“Nah, sekarang optimalkan, manfaatkan, serap dengan cepat. Teorinya semua sudah tahu, teknisnya semua sudah tahu. Hanya saya tekankan, kepada kawan-kawan dari kabupaten kota, praktik-praktik baik di beberapa kabupaten bisa dicontoh dan share,” kata Ganjar.