REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, menerima laporan dari pedagang Pasar Kebon Kembang Blok C-D, terkait ketersediaan minyak goreng Minyakita yang langka. Dalam sidak tersebut, ia juga menemukan pedagang menerapkan sistem bundling atau paketan produk dalam pembelian Minyakita.
Pantauan Republika.co.id di sejumlah pedagang pasar, para pedagang melakukan sistem bundling Minyakita dengan santan kemasan atau bihun. Bima Arya pun langsung menelusuri dan menegur distributor yang juga menerapkan sistem bundling tersebut.
“Ini kan nggak boleh. Tadi kita telusuri langsung ke distributornya, saya tegur, nggak boleh di-bundling. Semuanya dijual harus terpisah,” kata Bima Arya ketika ditemui Republika di lokasi sidak, Jumat (10/2/2023).
Dari hasil laporan para pedagang, Bima Arya mengatakan, stok Minyakita baru saja datang. Hanya saja jumlahnya tidak banyak dan dijatah per pedagangnya. Adapun tujuan para pedagang menerapkan sistem bundling agar barang lain juga ikut terbeli ketika para konsumen mencari Minyakita.
Ia pun mengakui, memang masih terjadi kelangkaan Minyakita di lapangan. Bima Arya pun mengontak langsung menteri perdagangan dan mendapat informasi jika produksi Minyakita berkurang.
“Ini produksi sedang ditambah, ditargetkan dalam waktu satu pekan, paling lambat dua minggu, sudah bisa mencukupi,” tuturnya.
Saat ini, sambung Bima Arya, distribusi Minyakita dari Kementerian Perdagangan diarahkan ke pasar tradisional, tidak lagi ke supermarket modern. Sebab, saat ini konsumen berpindah dari minyak goreng kemasan premium ke Minyakita, sehingga stoknya kurang. Hal itu pun menyebabkan Minyakita menjadi langka.
“Jadi diharapkan satu dua pekan Minyakita kembali membanjiri, kembali stoknya cukup, dan sementara ini kita pastikan kita tertibkan berdasarkan surat edaran kementerian juga tidak di-bundling,” ucap Bima Arya.
Kendati demikian, menurut Bima Arya, stok minyak goreng di pasaran tidak langka. Sebab, masih ada minyak goreng curah nonkemasan dan minyak goreng kemasan premium dengan harga yang sedikit lebih tinggi dibandingkan Minyakita.
“Jadi bukan minyaknya nggak ada, tapi Minyakita yang terjangkau ini, yang kualitasnya baik, ini yang kurang. Tapi kita berhadap dalam satu sampai dua minggu ini kondisinya membaik,” harapnya.
Salah seorang pedagang pasar, Qoni, mengatakan, para konsumen memang memburu Minyakita yang harganya cenderung lebih murah dibandingkan minyak goreng kemasan lainnya. Kendati demikian, ia dibatasi distributor hanya mendapat dua dus berisi masing-masing 12 liter Minyakita setiap harinya. “Nggak susah banget sih (dapatnya), tapi dijatah,” ujarnya.
Dengan langkanya Minyakita, kata dia, para konsumen biasanya kembali beralih ke minyak goreng kemasan premium atau ke minyak goreng curah, khususnya para pedagang. “Semoga barangnya banyak lagi, harganya juga murah. Biar dapatnya nggak susah lagi,” ucap Qoni berharap.